Tuesday 8 May 2007

Bolehkah Berdoa Meminta Syafaat Kepada Rasulullah?

Ada sebagian kaum muslimin yg salah kaprah dlm berdoa hingga mengucapkan,
"Ya Rasulullah, kurniakanlah syafaatmu".

Padahal Allah hanya memerintahkan untuk beribadah (termasuk berdoa) hanya kepadaNya.
Berikut kutipan fatwa Syaikh al-Fauzan berkenaan dg hal tsb.

Allahumma inna-nas-aluka `ilman naafi`an

SM

===================================================================

Pertanyaan
Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan ditanya : Ada sekelompok manusia yang berdoa dengan doa yang mereka yakini merupakan penyembuh dari penyakit gula (kencing manis), dan doa itu berbunyi, “Rahmat dan kesejahteraan kepadamu dan kepada keluargamu wahai pemimpin saya, wahai Rasulullah. Engkau adalah wasilahku, ambillah tanganku, sedikit usahaku, maka ambilah aku”. Dan mengatakan ucapan ini “Wahai Rasulullah ! Berilah syfaat kepadaku”. Dan dengan pengertian lain, “Doakanlah, wahai Rasulullah, untuk kesembuhanku”. Bolehkah mengulang-ulangi doa ini ? Dan adakah kegunaannya seperti yang mereka yakini, berikanlah petunjuk kepada kami, semoga Allah memberikan berkah kepada Anda.

Jawaban
Doa ini termasuk syirik akbar, karena ia adalah berdoa kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak ada yang mampu memberi kesembuhan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka meminta doa kepada selain Allah adalah syirik besar. Demikian pula meminta syafaat dari Rasulllah setelah wafatnya ini termasuk syirik besar. Karena kaum musyrik generasi pertama adalah penyembah para wali dan berkata, “Mereka adalah para pemberi syafaat untuk kami di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah mencela dan melarang mereka dari hal itu.

“Artinya : Dan mereka menyembah selain darpada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan, dan mereka berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah” [Yunus : 18]

“Artinya : Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata), ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekat-dekatnya” [Az-Zumar : 3]

Semua ini termasuk syirik besar dan doa yang tak terampuni kecuali bertaubat kepada Allah dari dosa tersebut, dan menekuni tauhid dan akidah Islam, ia termasuk doa syirik. Tidak boleh lagi seorang muslim mengucapkannya, tidak boleh berdoa dengannya dan tidak boleh pula menggunakannya. Seorang muslim harus (wajib) melarangnya dan memberikan ancaman darinya.

Doa-doa yang syar’i yang digunakan untuk orang sakit adalah doa-doa yang shahih dan ma’ruf, yang merupakan rujukan dari kitab-kitab Islam yang shahih, seperti Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim. Demikian pula membaca Al-Qur’anul Al-Karim atas orang yang sakit gula atau selain penyakit gula juga membaca Al-Qur’an. Sama juga membaca surah Al-Fatihah terhadap orang yang sakit, di dalamnya terdapat penawar, pahala dan kebaikan yang banyak. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencukupkan kita dengan hal itu dari perkara-perkara syirik.

Seorang muslim tidak boleh mengerjakan sedikitpun dari perkara syirik, dan tidak boleh pula mendatangi amal-amal atau atas doa-doa, kecuali telah pasti keshahihannya dan yakin bahwa hal tersebut termasuk syariat Allah dan syari’at Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal itu dengan bertanya kepada ulama dan merujuk kepada dasar-dasar Islam yang shahih. Nasehat saya agar anda meninggalkan do’a ini dan menjauhkan diri darinya, melarang dan memberikan perngatan darinya.

[Al-Muntaqa Min Fatawa Al-Fauzan, Jilid II hal.39]

[Disalin dari. Kitab Al-Fatawa Asy-Syar’iyyah Fi Al-Masa’il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-1, Darul Haq]

http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1622&bagian=0


10 comments:

  1. teringat akan nasyid yg dlm syairnya ada kata2,
    "Ya Rasulullah, ya Habiballah
    Kurnikanlah syafaatmu"

    Ini nasyid yg cukup terkenal lho..

    benarlah kaidah "ilmu sebelum kata dan perbuatan"

    ReplyDelete
  2. "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."(Adz Dzaariyaat ayat 56)

    benar ya, tugas kita sbg khalifah hanyalah beribadah...

    Amar Ma'ruf Nahi Mungkar

    ReplyDelete
  3. betul mbak Ryna.
    dan ibadah kita harus sesuai petunjuk Rasul, supaya diterima :)

    ReplyDelete
  4. Di akhirat nanti apakah akan ada Syafaat dari Rasul mas? ada ustadz yang bilang ada, tetapi ada juga yang bilang tidak, kira-kira yang benar mana ya

    ReplyDelete
  5. yang benar adalah ada syafaat dari beliau dengan izin dari Allah. hadits-hadits yg membahas hal ini shahih.
    wallahu a'lam

    ReplyDelete
  6. assalamu'alaykum,

    ana salin artikel ini di blog ana.
    barakallahu feek.

    ReplyDelete
  7. wa'alaykumussalam warahmatullah
    tafadhol
    wa fiika barakallah

    ReplyDelete
  8. Korang tak belajar tawassul dan tabarruk ke?

    Kalau tak belajar, pergi la belajar dulu...jangan terpengaruh dengan faham Wahhabi woiiii...

    Allahommarzuqnaa muta ba'atanNabiyyi SAW awwalan waakhiran wazhoohiran wabaathinan waqaulan wafi'lan wathoo'atan wa ibadatan soolihan wa'adah

    Ya Allah, masukkanlah aku dalam Muslim dan Mukmin yang mendapat syafaat dari Rasulullah SAW.

    ReplyDelete
  9. Dan kalaulah mereka ketika menganiayai diri mereka sendiri (berbuat dosa) datang kepadamu (wahai Muhammad) lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulullah juga memohon ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat, lagi Maha Mengasihani. – Surah an-Nisa’: 64



    حياتي خير لكم تحدثون ويحدث لكم ووفاتي خير لكم ت...عرض علي أعمالكم فما كان من حسن حمدت الله عليه وما كان من سيء استغفرت الله لكم

    Maksudnya:

    Hidupku adalah kebaikan kepada kamu dan wafatku adalah kebaikan juga kepada kamu, kerana segala amal kamu sentiasa dibentangkan kepadaku, maka apa saja amal yang aku dapati baik, aku ucapkan: Alhamdulillah, dan apa saja amal kamu yang aku dapati jahat, aku memohon keampunan Allah untuk kamu.

    [Hadith riwayat Imam Ad-Dailami daripada Saidina Anas r.a., Imam Al-Harith r.a. daripada Saidina Anas r.a. juga dengan sanad yang mursal. Diriwayatkan juga dalam Kasyf Al-Khafa’ oleh Imam Al-‘Ajluni (19/11). Begitu juga diriwayatkan dalam Musnad Al-Harith (m/s: 969). Diriwayatkan juga dalam Al-Fath Al-Kabir (2/68) pada hadith no: 5886 dengan sanad Mursal. Begitu juga no: 5887. Imam Ibn Hajar Al-Haithami menegaskan bahawasanya perawi-perawi hadith ini adalah berdarjat sahih. Imam As-Suyuti juga meriwayatkannya dalam Al-Marasil (no: 11337 dan 11338).

    ReplyDelete
  10. Belajar yang benar...jangan belajar yang palsu!!!!!

    ReplyDelete