Monday 1 October 2007

Indahnya I`tikaf

Segala puji hanyalah milik Allah, Dzat yang telah memberikan kita begitu banyak kemudahan agar tetap dekat kepada-Nya. Dan kemudahan yang besar di antara kemudahan-kemudahan itu adalah disediakannya bagi kita bulan Ramadhan. Dan kemudahan itu semakin besar, ketika Ramadhan memasuki masa 10 hari terakhirya.

Sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah puncak kemuliaan dari bulan mulia ini. Ia mulia dengan ditempatkannya Lailatul Qadar di dalamnya. Malam yang diberkahi dan malam dijelaskannya segala urusan yang penuh hikmah (ad-Dukhan: 3-4). Malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Malam diturunkannya para malaikat dan malam yang penuh kesejahteraan hingga terbit fajar (al-Qadar: 3-5).

Orang-orang yang berharap akan kemuliaan di sisi Allah, hendaklah mencari-cari malam kemuliaan tersebut. Dan hendaklah mencarinya dengan cara yang telah dicontohkan oleh makhluk paling mulia. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah mencontohkan kepada kita bagaimana menggunakan kemudahan yang telah disediakan Allah pada 10 hari terakhir Ramadhan. Diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anha, "Bahwasannya Nabi shallallahu alaihi wa sallam selalu bersungguh-sungguh (dalam amalnya) pada sepuluh hari terakhir, tidak seperti malam lainnya."(Muttafaqun alaihi).

Hadits yang lain menunjukkan bentuk konkrit dari kesungguh-sungguhan beliau tersebut, "Nabi shallallahu alaihi wa sallam selalu beri`tikaf pada bulan Ramadhan sepuluh hari. Pada tahun beliau akan dipanggil (wafat) beliau beri`tikaf selama dua puluh hari."(HR. al-Bukhari)

I`tikaf, demikianlah cara Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengisi 10 hari terakhir Ramadhannya. I`tikaf, demikianlah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menggunakan fasilitas yang disediakan Allah azza wa jalla pada 10 hari terakhir Ramadhan. Untuk lebih dekat padaNya, untuk menggapai ridhoNya.

Orang-orang yang mencintai Allah dan ingin dicintai olehNya, hendaklah mencari kegembiraan dengan bermalam di rumahNya. Hendaklah menghadirkan kenikmatan dengan bercengkerama hanya berdua denganNya. Hendaklah berbahagia dengan berlama-lama bersamaNya、Allahur-Rahman. Itulah i`tikaf.

Dalam kaidah fikih disebutkan, "sesuatu yang tidak bisa dikerjakan seluruhnya, janganlah ditinggalkan seluruhnya". Jika 10 hari tidak kita dapatkan, janganlah kita sia-siakan kesepuluh-sepuluhnya.

Sungguh, Allah telah memfasilitasi kita dengan begitu banyak kemudahan di bulan suci ini, lalu di manakah posisi kita?

"Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya ALlah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas." (An Nuur :36-38)

14 comments:

  1. Sampai batas mana kita berada dimasjid dapat dikategorikan sebagai itikaf ....? kalau sewaktu-waktu keluar masjid gmana..? maklum udah agak lupa nih...

    ReplyDelete
  2. area yang masih tergolong lingkungan masjid. kalau keluar untuk udzur syar'i maka dibolehkan..

    ReplyDelete
  3. dah dijawab nih, mas avi..
    oleh abu albykazi.... jazakallah khayr, abu. :)

    ReplyDelete
  4. Kalau saya hanya bisa di masjid selepas magrib sampai jam 6 pagi (mungkin dalam durasi yg lbh singkat atau insidentil), diisi dengan aktifitas ibadah, apakah ini tetap lebih utama daripada ibadah di rumah? lebih jauh lagi apakah mendapat pahala i'tikaf? kaidahnya kan "dari pada tidak sama sekali". Bagaimana...?

    ReplyDelete
  5. insya Alloh dari penjelasan yang ana dapatkan dari beberapa asatidz bahwa bapak tetap mendapatkan pahala itikaf, dengan dalil bahwa ketika jaman Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam para sahabat pun banyak yang melakukan itikaf hanya di malam hari saja sebab di siang harinya aktivitas mereka lebih banyak dihabiskan diluar rumah yaitu bekerja.

    tapi dengan syarat pak, bapak jangan pulang ke rumah sehabis pulang kerja melainkan langsung kembali lagi ke masjid tempat bapak itikaf. dan adapun bila bapak hanya sempat malam disarankan aktivitas itikaf benar2 optimal untuk ibadah bukan hanya sekedar pindah tempat tidur..

    wallahu 'alam bi shawwab.

    ReplyDelete
  6. syukron yaa atas jawabannya, moga ini menjadi penambah motivasi...

    ReplyDelete
  7. jazakallah khayr, Abu ....
    enak nih, klo ada yg jawabin... :)

    ReplyDelete
  8. Insya Allah saya sudah siap tempur nih buat i'tikaf.. : )

    ReplyDelete
  9. Ustadz robin nampaknya sudah larut dalam i'tikafnya...

    ReplyDelete
  10. maunya sih begitu.... ^_^;

    eh, saya bkn ustadz lho... tp syaikh... kan nama saya syaikhul muqorrobin :D

    ReplyDelete
  11. iya nih, malam ini mulai start lho.. hayo-hayo..

    bukan ustadz tapi syaikh.. hmm oke juga tuh bung kata-katanya hehe

    ReplyDelete
  12. syaikhul san...kapan itikaf di ueda? tgl 6 atau 7

    ReplyDelete
  13. insya Allah mulai tgl 6, sugeng san :)

    ReplyDelete