Sunday 20 December 2009

lelaki sejati

Dimasa Kekhalifahan Umar bin Khattab, ada seorang pemuda yang
mengarungi padang pasir untuk menunaikan umrah di Tanah Suci. Pemuda
itu tiba di sebuah oasis di pinggir sebuah permukiman penduduk. Ia
berhenti dan istirahat.  Karena kelelahan pemuda itu tertidur.

Ketika pemuda itu tidur, tali pengikat untanya lepas. Dan unta itu,
tanpa sepengetahuan pemuda berjalan mencari makan, karena kelaparan.
Unta itu masuk kesebuah kebun yang subur tak jauh dari tempat itu.
Penjaga kebun itu adalah seorang kakek. Unta itu tak ayal lagi, karena
kelaparan, memakan dan merusak tanaman kebun itu.

Sang kakek berusaha mengusir unta itu. Tapi sang unta itu tidak mau
beranjak dari tempatnya.  Karena panik dan takut dimarahi tuannya,
sang kakek memukul unta itu.Dan atas kehendak Allah,  unta itu mati.
Sang kakek semakin panik dan cemas,  apalagi pemuda pemilik unta itu
terbangun dan mendapati untanya  telah mati.

Karena tidak ada orang lain selain kakek itu di dekat bangkai unta,
pemuda itu berprasangka bahwa kakek  tua itulah yang membunuh untanya.
Dan kakek itu mengakuinya setelah  sang pemuda mengintrogasinya.
Seketika itu sang pemuda marah besar dan  gelap mata. Ia memukul kakek
itu dengan pemukul yang digunakan  untuk memukuli untanya. Dan kakek itu tewas.

Pemuda itu sangat panik dan menyesal ketika mengetahui kekhilafannya.
Ia tidak berniat membunuh kakek itu,  hanya marah besar.Tiba-tiba
datanglah dua pemuda yang tak lain anak si kakek .  Mereka terkejut
melihat ayahnya mati dan ditempat itu hanya ada si pemuda.  Akhirnya
tahulah kedua anak kakek itu,bahwa ayahnya dibunuh  oleh si pemuda itu.
Mereka lalu menangkap si pemuda dan menyeretnya kehadapan Umar bin
Khattab untuk  diadili.

Sang pemuda mengakui perbuatannya dan Umar pun menjatuhi hukuman mati
( Qishash) untuk pemuda itu. Namun, sang  pemuda minta penangguhan
eksekusi hukuman, karena ia harus memberi tahu  keluarganya dan
menyelesaikan utangnya yang belum tuntas dikampungnya.  Umar pun
bersedia mengabulkan permintaaan pemuda itu dengan syarat  ada yang
bersedia menjadi penjamin  pemuda itu.

Pemuda itu cemas dan bingung. Siapa yang mau jadi penjaminnya? ia tidak
punya kenalan dan kerabat didaerah itu. Bagaimana mungkin akan ada
orang yang bersedia mempertaruhkan nyawanya untuk menjadi penjaminnya.
Tiba-tiba ada orang lelaki maju dan berkata kepada Umar, " Wahai
Amirul Mu'minin, saya bersedia menjamin pemuda ini."  Umar kaget, Ia
menatap tajam lelaki itu yang tak lain adalah Abu Dzar Al Ghiffari RA.
Umar berkata dengan nada serius, " Abu Dzar, sadarkah kamu dengan
resiko kesediaan mu menjadi penjamin pemuda ini?"

Dengan tegas Abu Dzar menjawab,' Ya saya sadar. Saya siap menanggung resikonya."

Umar lalu berkata kepada pemuda itu," Hai anak muda kau telah memiliki
penjamin. Sekarang pulanglah.  Selesaikan urusanmu dan segera
kembalilah kesini untuk mempertanggung  jawabkan perbuatanmu."

Pada hari yang telah ditentukan, masyarakat sudah berkumpul di lokasi
pelaksanaan eksekusi hukuman Qishash, Abu Dzar.  Hari semakin panas,
siang semakin terik, dan pemuda itu belum juga  ada tanda-tanda datang.
Ketika hari memasuki sore, dan pemuda itu belum  juga datang.,
Masyarakat riuh membicarakan kebodohan Abu Dzar yang  bersedia menjadi
penjamin orang asing yang tidak dikenal.  Masyarakat juga cemas, jika
sampai matahari tenggelam dan pemuda itu  belum juga datang, maka Abu
Dzar harus menggantikan pemuda itu untuk  dipancung.

Namun, Abu Dzar tetap tenang. Dengan rasa tawakal yang tinggi kepada
Allah ia menunggu detik2 matahari semakin  dekat keperaduannya. Dan
matahari tenggelam, pemuda itu belum datang.  Maka eksekusi harus
dijalankan. Dengan tenang Abu Dzar maju ke tempat  eksekusi. Algojo
disiapkan. Banyak yang menangis melihata  Abu Dzar siap dihukum mati
untuk dosa yang  tidak dilakukannya.

Dan, ketika algojo sudah mengangkat tangannya dengan pedang terhunus
siap ditebaskan ke leher Abu Dzar, seorang penduduk berteriak.  Ia
melihat di kejauhan ada bayangan dan kepulan debu. Ada yang datang.
Ia meminta ditunggu sebentar sampai jelas siapa yang datang.  Semua
menoleh kebayangan itu termasuk Umar bin Khatab RA.  Umar minta agar
yang datang  ditunggu dulu.

Bayangan itu semakin dekat. Dan ternyata yang datang adalah pemuda itu
untuk memenuhi tanggung jawabnya.  Semua orang berdecak takjub dan
haru. Bisa saja pemuda itu melarikan diri dari hukuman mati.  Tapi ia
tetap datang. Dengan napas terengah-engah pemuda itu minta maaf  atas
keterlambatannya karena ada halangan dijalan. Karena kagum  pada
kejujuran pemuda itu, Umar bertanya," Wahai pemuda, aku kagum padamu.
Kenapa engkau memilih datang padahal kau bisa saja lari dari  hukuman mati?'

Pemuda itu menjawab,: Wahai Amirul Mu'min, alasanya sederhana saja.
Aku tidak mau ada yang mengatakan bahwa tidak ada lagi  lelaki-lelaki
sejati dikalangan umat muslim yang dengan ksatria  berani
mempertanggung jawabkan perbuatannya. Ia juga bagaimana mungkin  saya
tega membiarkan orang lain tidak bersalah yang rela  menjadi
penjaminku mati  karena perbuatanku."

Lalu Umar menoleh kepada Abu Dzar dan bertanya,"Dan kamu Abu Dzar, apa
yang membuatmu yakin untuk menjadi penjamin pemuda  asing ini dan kamu
siap menggantikan dirinya untuk dihukum mati jika  dia tidak datang?"

Abu Dzar menjawab," aku melakukan ini agar tidak ada yang mengatakan
bahwa tidak ada lelaki sejati dikalangan umat islam  yang bersedia
menolong saudaranya yang membutuhkan pertolongan. Aku  tidak merasa
rugi di hadapan Allah. Kalau pemuda itu tidak datang  dan aku harus
mati menggantikannya, kematianku syahid di jalan Allah,  karena aku
memang  tidak bersalah."

Umar bin Khatab RA diliputi rasa kagum dan haru. Dia lalu memutuskan
untuk segera mengeksekusi pemuda itu sebelum waktu  salat mahgrib
habis. Tiba-tiba ada yang berteriak" Tunggu wahai  Amirul Mu'minin,
bolehkan kami minta agar pemuda ini dibebskan dari  hukuman mati?!
yang berteriak itu adalah dua pemuda anak kakek  yang tebunuh itu.
Umar menjawab," Apa yang membuat kalian minta  pembatalan hukuman ini?"

Mereka menjawab," sungguh kami kagum dengan dua lelaki sejati ini
izinkan kami memafkan pemuda yang saleh yang jujur ini.  kami tidak
ingin ada yang mengatakan bahwa dikalangan umat islam tiada  lelaki
sejati yang memaafkan kesalahan.  Bukankah Al'quran membolehkan bagi
ahli waris untuk memberi maaf dan membatalkan  Qishash pada seorang
yang melakukan pembunuhan? kami rasa pemuda saleh ini pantas untuk kami maafkan."

Seketika gemuruh takbir dan tahmid berkumandang. Seluruh masyarakat
yang menyaksikan peristiwa itu takjub  dengan mata berkaca-kaca.
Mereka terharu menyaksikan tingginya ahlak  dalam jiwa lelaki-lelaki
sejati yang  berjiwa ksatria itu.

No comments:

Post a Comment