Wednesday 14 July 2010

Yahudi vs Umat Islam

Tulisan menarik dari seorang ustadz... :)

Selamat menikmati

--------------------------------------------

Tahukah anda, kenapa yahudi saat ini terlihat sangat digjaya, ditakuti, dihormati dan semua orang terpaksa harus taat, tunduk dan patuh? Beberapa fakta berikut ini akan menjelaskan kenyataan yang sulit dibantah, tentang apa beda yahudi Israel dengan umat Islam, khususnya dewasa ini.

Ini adalah sunnatullah. Meskipun kebatilan, tetapi kalau dimanage secara profesional, bisa menjadi sangat kuat dan menang mengalahkan kebaikan. Sebaliknya, meski kita berada di barisan kebenaran, tapi kalau mengelolanya asal-asalan, hanya mengandalkan 3 D (doa demo dana), tanpa mau berbenah diri, mengubah mental dan berkarya nyata, secara sunnatullah, wajar kalau kalah, jatuh, bahkan nyungsep.

Tulisan ini tentu bukan untuk melecehkan umat Islam, apalagi menghina. Justru tulisan ini ingin mengingatkan bahwa ternyata kita masih perlu banyak berbenah diri. Saya, anda, kita semua, siapa saja yang merasa muslim, punya kewajiban untuk memperbaiki banyak hal di dalam tubuh umat ini, sebelum nantinya pertolongan Allah datang.

Kalau keadaan kita masih seperti ini terus, kira-kira apakah kita sudah berhak untuk mendapatkan pertolongan Allah? Itu pesannya.

FAKTA I :

Israel berpenduduk yahudi 5 juta jiwa, di Amerika ada 5 juta dan di berbagai belahan dunia lain sekitar 5 jutaan lagi. Total 15 juta doang. Tapi meski cuma 15 juta, ternyata yahudi di dunia bisa menjalin `ukhuwah yahudiyah`. Sebenarnya sesama mereka sering juga saling silang, tapi kalau sudah bicara tentang cia-cita bersama membangun negera Israel Raya, mereka sangat akur, kompak, dan tidak segan-segan menggelontorkan bermilyar dolar dari kocek mereka sendiri.

Umat Islam?

Jumlah total umat Islam di dunia ini tidak kurang dari 1,5 milyar. Tapi yang di Palestina tinggal 3 jutaan saja. Di Indonesia saja, jumlah umat Islam tidak kurang 200 juta. Tapi sayangnya, 1,5 milyar di dunia itu hidup miskin, bodoh, terbelakang. Negeri mereka masing-masing juga dijajah baik secara resmi atau tidak resmi. Kekayaan alam mereka dikeruk oleh ratusan perusahaan multinational milik yahudi dan mereka hanya bisa pasrah.

Dan tidak pernah bercita-cita untuk mengembalikan lagi persatuan umat Islam sedunia, sebagaimana pernah kita miliki di masa lalu. Boro-boro mendirikan khilafah, yang terjadi justru kita menghidup-hidupkan kebanggaan kelompok, jamaah, ormas dan partai masing-masing.

FAKTA II

Yahudi sudah mencita-citakan berdirinya Israel Raya sejak berabad-abad yang lalu. Dan bukan cuma omdo, demo, atau melongo, tapi mereka bekerja siang malam bahu membahu dengan tekun, susah payah dan susah tidur pula.

Tiap bayi yang lahir dari rahim ibu-ibu yahudi sudah ditanamkan oleh orang tua mereka i cita-cita besar di alam bawah sadar mereka untuk membangun Israel Raya. Seklias, cita-cita tiap anak yahudi sama saja dengan cita-cita anak-anak muslim, seperti ingin jadi dokter, insinyur, pilot dan sejenisnya. Tapi sebenarnya ada perbedaan mendasar, yaitu mereka bukan sekedar ingin jadi dokter, tapi jadi dokter yahudi yang bekerja keras dan profesional untuk kepentingan yahudi.

Begitu juga yang ingin jadi insinyur, bukan sembarang insinyur, tetapi menjadi insinyur yang profesional dan bekerja keras untuk kepentingan yahudi. Yang cita-citanya menjadi pilot pun tidak sembarang pilot, tetapi ingin menjadi pilot yang mahir, profesional, rajin dan pintar demi kepentingan yahudi.

Kelihatan sepele, bukan?

Ya, kelihatannya sepele, tapi sesungguhnya cita-cita seperti itu sangat unik.Sejak kecil anak-anak yahudi itu sudah terformat di kepalanya untuk menjadi yang terbaik, dan semua itu dipersembahkan untuk kejayaan bangsa yahudi. Sehingga ketika mereka sudah jadi orang sukses, tetap saja kecintaan, pembelaan, loyalitas serta pengorbanan mereka sangat besar kepada ras mereka sendiri.

Sementara anak-anak muslim kita sekedar bercita-cita jadi dokter, insinyur, pilot, begitu saja, tanpa embel-embel demi kepentingan Islam. Paling-paling cuma biar jadi orang kaya. Kalau sudah kaya, untuk apa kekayaan itu? Ya, sekedar dinikmati saja. Urusan umat Islam yang tertindas dan terzalimi, hehe emang gue pikirin.

FAKTA III

Anak-anak yang lahir dari rahin ibu-ibu yahudi dipastikan oleh kedua orang tuanya untuk bisa berbicara cas-cis-cus bahasa yahudi, bahasa Ibrani. Karena bahasa itu adalah syiar agama mereka. Dengan bahasa Ibrani itulah cita-cita bangsa yahudi selalu membara di dada jutaan anak-anak yahudi di seluruh dunia. Dalam bahasa Ibrani itulah semua yahudi disatukan. Dan bendera bintang David itu pun berkibar di tengah-tengah negeri muslim merdeka.

Sebaliknya, umat Islam sama sekali tidak punya perhatian dengan bahasa Arab. Lihat saja, umat Islam justru ramai-ramai mempopulerkan bahasa para penjajah masing-masing. Yang dijajah Inggris, mereka bangga kalau berbahasa Inggris. Yang dijajah Perancis, sekarang ini malah membanggakan bahasa Perancis. Dan yang dijajah Itali, sama juga.

Di timur tengah, umat Islam malah lebih fasih berbahasa amiyah (bahasa arab pasar) yang sangat merusak originalitas bahasa Al-Quran dan Hadits. Padahal bahasa ammiyah itu tidak lain sebuah strategi penjajah asing untuk menjauhkan bangsa Arab dari baha Quran dan Sunnah.

Sedangkan anak-anak muslim di negeri bukan Arab, sama sekali tidak mendapatkan hak mereka untuk mengenal bahasa Nabi mereka.

Sekolah Dasar Islam `TERpaksa PAkai DUit` yang mereka dirikan pun tidak pernah memberi porsi cukup agar anak-anak yang lahir dari rahim ibu-ibu muslim bisa berbahasa Arab, lisan dan tulisan.

Pantas saja 1,5 milyar umat Islam di dunia itu tidak pernah merasa sehati, karena lidah mereka pun sudah berbeda. Orang tua mereka tidak pernah merasa berdosa ketika anak-anak mereka tumbuh dengan buta bahasa Arab. Dianggapnya bahasa Arab itu cukup buat ustadz doang kali.

Maka syiar agama Islam dikubur sendiri oleh para aktifisnya sendiri. Terbukti para aktifis itu tidak pernah gundah kalau anak-anak mereka tidak bisa bahasa Arab.

FAKTA IV

Lima belas juta orang yahudi di dunia adalah orang yang sangat fanatik dan mengerti `syariah`'''''''''''''''''''''''''''''''' yang mereka miliki. Di hotel atau penerbangan international, rasanya kita lebih sering mendengar istilah KOSHER ketimbang makanan halal versi umat Islam. Padahal dalam beberapa hal, kosher itu lebih rumit dari makanan halal. Contohnya adalah kelinci, unggas liar, ikan yang tidak bersirip atau bersisik, kerang dan lainnya yang halal dalam Islam, tapi dalam syariat Yahudi tetap haram.

Syariat yahudi tidak membolehkan makan daging bersama susu kecuali waktu makannya terpisah. Selain itu potongan-potongan daging tertentu, meskipun dari hewan yang halal, juga dianggap tidak kosher. Padahal dalam Islam hukumnya halal. Hebatnya, jutaan yahudi bisa mentaati untuk tidak makan kecuali kosher saja.

Bagaimana dengan umat Islam?

Hmm, kadang kita harus malu. Mengingat begitu banyak umat Islam yang memakan makanan yang jelas-jelas haram, tapi santai-santai saja. Sama sekali tidak ada rasa bersalah dalam diri mereka saat menenggak makanan haram.

FAKTA V

Syariat Islam dan yahudi sama-sama mengharamkan riba untuk umatnya. Bedanya, yahudi boleh makan riba dari umat lain, seperti umat Islam. Tapi sesama yahudi mereka pantang untuk memakan riba.

Bagaimana dengan umat Islam? Meski Bank Syariah sudah ada sejak tahun 90-an, tapi hari ini, 20 tahun kemudian, ternyata umat Islam masih lengket dengan bank riba.

FAKTA VI

Meski jumlah umatnya sedikit, tapi yahudi punya banyak bank yang bisa membiayai apa saja, termasuk RAPBN semua negeri muslim. Lewat World Bank, IMF dan lembaga sejenis, gelontoran dolar mengalir deras kemana saja. Tentu tidak ada makan siang yang gratis. Semua pasti ada pamrihnya. Anehnya, negeri-negeri muslim yang dapat hutang itu malah bangga. Padahal semua itu hutang plus bunga yang entah gimana cara bayarnya.

Sementara umat Islam malah tidak punya Bank. Kalau pun umat Islam di timur tengah kaya raya karena minyak, mereka malah membungakan uang di bank-bank yahudi.

Bank Syariah sendiri kadang susah diharapkan kalau sudah bicara kredit dan pembiyaan. Sebab meski nama programnya berlabel syariah, tapi dihitung-hitung dan dibandingkan justru lebih mencekik dari bunga bank konvensional. Lemes deh . . .

FAKTA VII

Kalau perang tanding satu lawan satu antara umat Islam dan yahudi, sudah pasti yahudi kalah. Maka yang mereka kembangkan bukan perang secara fisik, melainkan perang secara pemikiran. Dimana, pemikiran sesat tentang Islam selalu dipompakan ke tubuh umat Islam yang jahil.

Demi menyesatkan umat Islam, yahudi sudah melangkah jauh. Mereka banyak sekali mendirikan pusat studi Islam di berbagai universitas bergengsi di barat sana, dimana para yahudi yang sakit ingatan itu menjadi dosen dan guru besar. Ampuhnya, para mahasiswanya beragama Islam, mereka hidup makmur dapat beasiswa, padahal berasal dari berbagai negeri muslim.

Herannya, kok bisa ya?

Kok bisa para mahasiswa `bayaran` itu belajar agama Islam dari dosen yahudi? Memangnya para dosen itu ngerti apa tentang agama Islam, kok sampai bisa dijadikan rujukan utama tentang masalah agama Islam?

Ini logika kita, yang terheran-heran melihat berbondong mahasiswa muslim belajar agama Islam ke barat dari orang yahudi.

Ternyata logika yang mereka pakai lain lagi. Logikanya adalah logika dolar. Siapa sih yang tidak tergiur disekolahkan ke luar negeri dengan gratis, malah diberi beasiswa, dan dipenuhi semua kebutuhannya. Kalau sudah pulang membawa gelar doktor, tetap saja dihujani dengan dolar yang tidak pernah berhenti mengalir.

Sementara mahasiswa kita yang belajar ke timur tengah, harus modal sendiri. Kadang orang tua mereka terpaksa menjual sawah satu-satunya demi biaya kuliah anaknya di Al-Ahar. Yang orang tuanya tidak mampu kirim uang, terpaksa harus kreatif cari uang sendiri. Ada yang usaha bikin usaha tempe. Pantasa saja hampir 10 tahun tidak lulus-lulus juga ya. Persis seperti yang diceritakan dalam novel kang Abik.

Begitu lulus, apakah sudah selesai penderitaan mereka?

Ternyata belum. Pulang ke Indonesia, alih-alih mereka dapat posisi dan gaji tinggi. Tidak ada ruang buat para sarjana agama Islam lulusan universitas terbaik dunia Islam itu. Akhirnya, putus asa tidak punya penghasilan, padahal anak istri harus makan, ujung-ujungnya malah jualan bakso lagi. Bayangkan, kuliah jauh-jauh sampai ke Mesir, begitu sudah jadi sarjana dan pulang, hanya jualan bakso.

Rupanya jatah PNS di Kementerian Agama RI sudah dibooking oleh mereka yang lulusan dari barat. Mau jadi ustadz, takut tidak bisa makan. Akhirnya, ya jualan bakso. Sungguh tragis. Kuliah puluhan tahun ke timur tengah, tapi sangat tidak dihargai oleh umat.

Duh mahasiswa timur tengah, sungguh nasibmu malang benar . . .

Penutup

Mungkin yang baca tulisan ini berpikir, penulisnya kok sinis banget ya kepada umat Islam sendiri?.

Ya, boleh saja berpikir seperti itu. Tetapi percayalah, agar kita bisa mengalahkan yahudi, tidak cukup hanya dengan 3D (demo doa dana). Tetapi kita wajib berbenah di segala bidang. Sebab dalam urusan ini, kita semata-mata hanya menjalankan sunnatullah saja. Kalau ada yang berbenah diri lalu sukses, ya memang begitu sunnatullah, meski mengusung kebatilan. Sebaliknya, meski membawa-bawa nama agama, tapi tidak pernah mau berbenah diri, lantas dikalahkan lawan, ya masuk akal juga.

Kok gitu?

Ya, memang gitu. Itulah sunnatullah. Ayatnya bisa kita baca berikut ini :

Sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu kaum, hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. (QS.Ar-Ra''''''''d : 11 )

Ahmad Sarwat, Lc


sumber : ustsarwat.com

8 comments:

  1. oiya yah...:D...baru ngeh pas baca diterakhirnya ..

    ReplyDelete
  2. pantesan abinya suka gerah kalau umi keseringan muter video bahasa jepang.
    pantesan abinya suka resah kalau poster yang ditempel di dinding, lebih banyak hewan2, kendaraan2, trus huruf hijaiyahnya cuman sebiji.
    pantesan abinya keliatan ga setuju kalau umi pengen ngajak ngomong anaknya pakai bahasa jepang terus atau bahasa inggris terus.
    pantesan abinya masih ngotot di rumah mendingan no-tv dulu.
    bukan karena ngga bagus, tapi karena takut, prioritas tentang kecintaan pada bahasa Arab, perhatian pada Al-Quran tidak tertanam kuat.
    Dengan tanpa TV, insya Allah, lebih kreatif,deh... mengeksplore hal2 yang seharusnya lebih kita prioritaskan. ayo terus berkreasi, Abi!!!

    ReplyDelete
  3. semangat....abi,ummi,dan salam...Barakallahu fiik :)

    ReplyDelete