Sunday, 20 November 2011
Indonesia Heroes: Hatta
Pantas saja hal itu ditanyakan, sebab, Ny Rahmi tidak bisa membeli mesin jahit yang diidam-idamkannya akibat pengurangan nilai mata uang itu. Padahal, ia sudah cukup lama menabung untuk membeli mesih jahit baru. Tapi, apa kata Bung Hatta?
"Sunggguhpun saya bisa percaya kepadamu, tetapi rahasia ini tidak patut dibocorkan kepada siapa pun. Biarlah kita rugi sedikit, demi kepentingan seluruh negara. Kita coba menabung lagi, ya?" jawab Bung Hatta.
Kisah mesin jahit itu merupakan salah satu contoh dari kesederhanaan hidup proklamator RI Bung Hatta (1902-1980) dan keluarganya. Sejak kecil, Bung Hatta sudah dikenal hemat dan suka menabung. Akan tetapi, uang tabungannya itu selalu habis untuk keperluan sehari-hari dan membantu orang yang memerlukan.
Saking mepetnya keuangan Bung Hatta, sampai-sampai sepasang sepatu Bally pun tidak pernah terbeli hingga akhir hayatnya. Tidak bisa dibayangkan, seorang yang pernah menjadi nomor 2 di negeri ini tidak pernah bisa membeli sepasang sepatu. Mimpi itu masih berupa guntingan iklan sepatu Bally yang tetap disimpannya dengan rapi hingga wafat pada 1980.
Bung Hatta baru menikah dengan Ny Rahmi 3 bulan setelah memproklamasikan kemerdekaan RI bersama Bung Karno atau tepatnya pada 18 November 1945. Saat itu, ia berumur 43 tahun. Apa yang dipersembahkan Bung Hatta sebagai mas kimpoi? Hanya buku "Alam Pikiran Yunani" yang dikarangnya sendiri semasa dibuang ke Banda Neira tahun 1930-an.
Setelah mengundurkan diri dari jabatan Wapres pada tahun 1956, keuangan keluarga Bung Hatta semakin kritis. Uang pensiun yang didapatkannya amat kecil. Dalam buku "Pribadi Manusia Hatta, Seri 1," Ny Rahmi menceritakan, Bung Hatta pernah marah ketika anaknya usul agar keluarga menaruh bokor sebagai tempat uang sumbangan tamu yang berkunjung.
Ny Rahmi mengenang, Bung Hatta suatu ketika terkejut menerima rekening listrik yang tinggi sekali. "Bagaimana saya bisa membayar dengan pensiun saya?" kata Bung Hatta. Bung Hatta mengirim surat kepada Gubernur DKI Ali Sadikin agar memotong uang pensiunnya untuk bayar rekening listrik. Akan tetapi, Pemprov DKI kemudian menanggung seluruh biaya listrik dan PAM keluarga Bung Hatta.
Bung Hatta adalah pendiri Republik Indonesia, negarawan tulen, dan seorang ekonom yang handal. Di balik semua itu, ia juga adalah sosok yang rendah hati. Sifat kesederhanaannya pun dikenal sepanjang masa. Musisi Iwan Fals mengabadikan kepribadian Bung Hatta itu dalam sebuah lagu berjudul "Bung Hatta".
Terbayang baktimu, terbayang jasamu
Terbayang jelas jiwa sederhanamu
Bernisan bangga, berkapal doa
Dari kami yang merindukan orang
Sepertimu
sumber: detik..com
Sunday, 5 December 2010
Khadijah Menikah di Usia 28 Tahun?
Menurut ustadz pemateri, berdasarkan buku as-Sirah an-Nabawiyah as-Shahihah karya DR. Akram (dosen sejarah Univ. Madinah), riwayat yang lebih kuat menunjukkan bahwa usia Khadijah radhiallahu 'anha ketika menikah adalah 28 tahun.
Selain karena riwayat ini menurut beliau (DR. Akram) lebih kuat, secara logika hal ini lebih masuk akal karena dari pernikahannya dg Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Khadijah melahirkan 6 anak, yang cukup sulit dilakukan wanita berusia di atas 40 tahun.
Menarik juga sih, saya jadi pengen ngecek kitabnya langsung untuk melihat penjelasan beliau perihal riwayat 40 tahun dan 28 tahun..
Hasil googling, kitabnya dah ada terjemahan indonesianya, terbitan Pustaka as-Sunnah. Ada yang mau bagi2? Saya pesen 1 yah.. :D
Monday, 8 March 2010
Teladan Umar bin Abdul Aziz
’Atha al-Khurasani berkata, ”Umar bin Abdul Aziz memerintahkan pelayannya untuk memanaskan air untuknya. Lalu pelayannya memanaskan air di dapur umum. Kemudian Umar bin Abdul Aziz menyuruh pelayannya untuk membayar setiap satu batang kayu bakar dengan satu dirham.”
’Amir bin Muhajir menceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz akan menyalakan lampu milik umum jika pekerjaannya berhubungan dengan kepentingan kaum Muslimin. Ketika urusan kaum Muslimin selesai, maka dia akan memadamkannya dan segera menyalakan lampu miliknya sendiri.
Yunus bin Abi Syaib berkata, ”Sebelum menjadi Khalifah tali celananya masuk ke dalam perutnya yang besar. Namun, ketika dia menjadi Khalifah, dia sangat kurus. Bahkan jika saya menghitung jumlah tulang rusuknya tanpa menyentuhnya, pasti saya bisa menghitungnya.”
Abu Ja’far al-Manshur pernah bertanya kepada Abdul Aziz tentang kekayaan Umar bin Abdul Aziz, ”Berapa kekayaan ayahmu saat mulai menjabat sebagai Khalifah?” Abdul Aziz menjawab, ”Empat puluh ribu dinar.” Ja’far bertanya lagi, ”Lalu berapa kekayaan ayahmu saat meninggal dunia?” Jawab Abdul Aziz, ”Empat ratus dinar. Itu pun kalau belum berkurang.”
Bahkan suatu ketika Maslamah bin Abdul Malik menjenguk Umar bin Abdul Aziz yang sedang sakit. Maslamah melihat pakaian Umar sangat kotor. Ia berkata kepada istri Umar, ”Tidakkah engkau cuci bajunya?” Fathimah menjawab, ”Demi Allah, dia tidak memiliki pakaian lain selain yang ia pakai.”
Ketika shalat Jum’at di masjid salah seorang jamaah bertanya, ”Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah telah mengaruniakan kepadamu kenikmatan. Mengapa tak mau kau pergunakan walau sekedar berpakaian bagus?” Umar bin Abdul Aziz berkata, ”Sesungguhnya berlaku sederhana yang paling baik adalah pada saat kita kaya dan sebaik-baik pengampunan adalah saat kita berada pada posisi kuat.”
Seorang pelayan Umar, Abu Umayyah al-Khashy berkata, ”Saya datang menemui istri Umar dan dia memberiku makan siang dengan kacang adas. Saya katakan kepadanya, ’Apakah setiap hari tuan makan dengan kacang adas?’” Fathimah menjawab, ”Wahai anakku, inilah makanan tuanmu, Amirul Mukminin.” ’Amr bin Muhajir berkata, ”Uang belanja Umar bin Abdul Aziz setiap harinya hanya dua dirham.
sumber : dakwatuna
Thursday, 26 November 2009
Muslim yang Mendahului Columbus....
Benarkah Columbus adalah orang non benua Amerika yang pertama kali berlabuh di benua tersebut? Tampaknya cukup menarik tuk diselidiki kembali...
-------------------------------------------------------------
RALEIGH--Sebuah pameran di North Carolina mengeksplorasi warisan awal Islam dan kontribusi mereka dalam membangun Amerika.
Pameran di Masjid Universitas Shaw pada Ahad (23/11) lalu ini membantah hipotesis bahwa umat Islam pertama kali datang ke AS pada tahun 1960-an, atau bahwa yang paling awal di antara mereka adalah orang Afrika-Amerika yang memeluk Islam seperti pensiunan petinju atau aktivis kulit hitam.
Pameran, "Muslim di Amerika," menunjukkan bahwa penjelajah Muslim mungkin telah mendahului Christopher Columbus dan bahwa umat Islam berjuang dalam setiap perang AS sejak Perang Revolusi. Catatan sensus menunjukkan bahwa 584 prajurit dengan nama akhir Muhammad (33 dieja cara yang berbeda) ikut bertempur pada Perang Dunia I.
selengkapnya di : republikaonline
Tuesday, 29 September 2009
Siapa Nama Asli Abu Bakr ash-Shiddiq?
Pada tahu gak?
Ayo...katanya cinta Rasul...
Abu Bakr ini orang kedua setelah Rasul lho...
"wakil presiden"nya umat islam lah gitu..
Dalam Islam ia adalah orang yang paling tinggi derajatnya setelah Muhammad shallallahu alaihi wasallam.....
Abu Bakr adalah nama julukannya...dalam salah satu riwayat disebutkan karena ia sering bermain dengan anak unta ketika kecil maka disebutlah ia dengan Abu Bakr (ayahnya anak unta).
Tapi riwayat lain menyebutkan bahwa Abu Bakr berarti "Ayah sang gadis", diambil dari kata أَبْكَارٌ "abkarun", anak gadis. Yang dimaksud anak gadis adalah aisyah.
Saya hanya mendapatkan 2 riwayat tersebut. Mungkin ada yang mendapatkan riwayat yang lebih shahih?
Sambil menunggu sumbangan (riwayat yg lebih shahih), mari kembali ke pertanyaan awal,
Siapa nama asli Abu Bakr ash-Shiddiq?
Malu bo, ngaku islam, tapi g tahu nama "wakil presidennya".... :)
Friday, 25 September 2009
Mereka, Para Pemberani di Hadapan Penguasa Zhalim
Namun sebagian ulama lain tercatat dalam sejarah sebagai mereka yang mengkritik penguasa zhalim dengan keras di hadapan publik, bahkan memerangi mereka. Mereka melakukannya bukan tanpa dalil. Mereka mengejar mashlahat yang lebih besar berdasarkan dalil-dalil umum amar ma'ruf nahy munkar, juga dalil khusus tentang keutamaan berkata benar di hadapan penguasa zhalim (hadisnya cari sendiri yah .. :).
Dari sini kita bisa melihat keluasan fikih, khususnya dalam masalah metode penegakan amar ma'ruf nahy munkar. Di mana hal tersebut merupakan masalah ijtihadi, yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.
Sebelum menyebut sebagian dari "mereka" yg saya maksud di judul postingan, ada 2 hal yg ingin saya sampaikan.
1. Ketika yang terang2an melawan penguasa zhalim disebut pemberani, bukan berarti yang tidak terang2an disebut pengecut. Ini adalah masalah ijtihadi, yang disesuaikan dengan kondisi tiap-tiap masa dan tempat.
2. Saya tidak sedang mengajak untuk melawan pemerintah :) Saya tetap cenderung pada pendapat yang mendahulukan hikmah dan pelajaran yang baik dalam dakwah (QS.an-Nahl:125).
Berikut inilah yang saya sebut dengan "mereka". "Mereka" adalah manusia-manusia yang dikenal alim, diakui keulamaannya bukan hanya di zamannya, tapi jg di zaman-zaman setelahnya.
1. Hasan al-Bashri.
Mengkritik secara terang-terangan Hajjaj bin Yusuf (penguasa Irak yang zhalim), dalam acara "syukuran" pembangunan istana megahnya. Ketika sebagian yang hadir mengkhawatirkan keselamatannya dan memintanya menghentikannya ceramahnya, Hasan al-Bashri berkata, "Wahai saudaraku, Allah subhanahu wa taala telah mengambil sumpah dari ulama agar menyampaikan kebenaran pada manusia dan tidak menyembunyikannya."
2. Sa'id bin Jubair.
al-Imam Ahmad mengatakan tentangnya, "....tak seorang pun di muka bumi ini melainkan membutuhkan ilmunya".
Sa'id bin Jubair termasuk yang mengangkat senjata melawan pemerintahan zhalim Hajjaj bin Yusuf bersama beberapa ulama di masanya. Salah satu pemicu peristiwa tersebut adalah perampasan hak-hak wanita, anak-anak dan orang tua dari kalangan non muslim (ahli dzimmah) oleh Hajjaj.
3. Abu Muslim al-Khaulani
Suatu ketika Khalifah Mu'awiyah menaiki mimbar untuk berkhutbah, belaiu menunda pembagian harta untuk masyarakat 2 bulan ke depan. Abu Muslim pun langsung angkat bicara dan menegurnya, dan Mu'awiyah pun tersadar atas kesalahannya.
4. al-Imam Abu Hanifah
Berkali-kali beliau menolak taat pada perintah penguasa di zamannya untuk menjadi hakim (padahal menjadi hakim tidaklah melanggar syariat), sampai pernah dicambuk karena hal itu.
5. Sufyan ats-Tsauri
Sempat menjadi buronan di masa kekhalifahan al-Mahdi, karena ucapan kerasnya kepada sang khalifah.
6. Izuddin bin Abdissalam
Ia yang dijuluki Sulthanul-Ulama, termasuk yang banyak mengkritik secara terang-terangan khalifah di zamannya. Ia pernah mendatangi Sultan Najmuddin Ayyub di istana megahnya, lalu berteriak kepada sang sultan, di hadapan barisan pasukan dan para pejabat yang hadir,
"Wahai Ayyub! Apa hujjahmu di hadapan Allah ketika Dia berkata kepadamu, 'Aku telah memberikan kerajaan Mesir kepadamu lalu kamu memperbolehkan khamr?' "
Mendengar nasihat keras Izuddin bin Abdissalam, sang sultan mencoba berdalih namun akhirnya mengatakan akan memusnahkan toko2 khamr yang ada, setelah Izuddin mematahkan dalih2nya.
7. Muhammad bin Abdul-Wahab
Inilah ulama yang paling dekat masanya dengan kita. Dikenal sebagai pendiri gerakan yang sering disebut sebagai Wahabi (walaupun ia tidak pernah menyebutnya demikian). Inti gerakannya adalah pemurnian Islam dari segala syirik dan bid'ah. Bersama Muhammad bin Su'ud (penguasa kota ad-Dir'iyyah saat itu), ia mengangkat senjata melawan Kekhalifahan Turki Utsmani, yang dianggapnya telah membiarkan praktek bid'ah dan syirik merajalela di masyarakat. Dari pemberontakan mereka inilah asal muasal negara Saudi Arabia terbentuk.
Demikian sekilas tentang sebagian dari mereka yang tegas dalam menasehati penguasa di depan publik, atau bahkan memerangi secara langsung. Awalnya sempat ingin menuliskan kisah-kisah detailnya, tapi jadi panjang sekali nantinya :)
Kisah tokoh no1-6, saya kutip dari
1. "Mereka adalah Para Tabi'in", Dr. Abdurrahman Ra'fat Basya, Pustaka at-Tibyan
2. "60 Biografi Ulama Salaf", asy-Syaikh Ahmad Farid, Pustaka al-Kautsar.
Wallahu a'lam
Saturday, 23 May 2009
Universitas Unggulan Islam Abad 12-16 Masehi

Meski tak setenar Universitas Al-Azhar di Mesir dan Universitas Al-Qarawiyyin di Maroko, pada era kejayaan Islam Universitas Sankore telah menjadi obor peradaban dari Afrika Barat. Laiknya magnet, perguruan tinggi yang berdiri pada 989 M itu mampu membetot minat para pelajar dari berbagai penjuru dunia Islam untuk menimba ilmu di universitas itu.
Pada abad ke-12 saja, jumlah mahasiswa yang menimba ilmu di Universitas Sankore mencapai 25 ribu orang. Dibandingkan Universitas New York di era modern sekalipun, jumlah mahasiswa asing yang belajar di Universitas Sankore pada sembilan abad yang lampau masih jauh lebih banyak. Padahal, jumlah penduduk Kota Timbuktu di masa itu hanya berjumlah 100 ribu jiwa.
Penulis asal Prancis, Felix Dubois dalam bukunya bertajuk, Timbuctoo the Mysterious, Universitas Sankore menerapkan standar dan persyaratan yang tinggi bagi para calon mahasiswa dan alumninya. Tak heran jika universitas tersebut mampu menghasilkan para sarjana berkelas dunia.Universitas Sankore diakui sebagai perguruan tinggi berkelas dunia. Karena, lulusannya mampu menghasilkan publikasi berupa buku dan kitab yang berkualitas. Buktinya, baru-baru ini di Timbuktu, Mali, ditemukan lebih dari satu juta risalah. Selain itu, di kawasan Afrika Barat juga ditemukan tak kurang dari 20 juta manuskrip.Jumlah risalah sebanyak itu dengan tema yang beragam....
sumber: republika online
foto : pintu gerbang univ sankore (wikipedia, creative commons copyright)
Friday, 20 March 2009
Tawaran Dagang yang Sangat Tinggi
Dengan tatapan penuh kegelisahan Umar melihat wajah mereka dan berkata: “Bersabarlah dan berharap pahalalah kalian kepada Allah! Aku amat berharap semoga Allah subhanahu wataala akan memudahkan kesulitan kalian pada petang ini.”
Pada penghujung hari, terdengar kabar bahwa kafilah Utsman bin Affan telah datang dari Syam, dan rombongan tersebut akan tiba di Madinah pada pagi hari.
Begitu shalat Fajar usai dilaksanakan, maka semua orang berbondong-bondong menyambut kedatangan kafilah ini.
Para pedagang yang menyambut kedatangan kafilah ini mendapati bahwa rombongan Utsman terdiri dari 1000 unta yang sarat dipenuhi dengan gandum, minyak dan anggur kering.
Kafilah unta tersebut berhenti di depan pintu rumah Utsman bin Affan radhiallahu anhu. Para budak segera menurunkan muatan dari punggung unta.
Para pedagang pun segera menemui Utsman dan berkata kepadanya:
“Juallah kepada kami segala yang kau bawa, ya Abu Amr (panggilan Utsman)!”
Utsman berkata: “Aku akan menjualnya dengan senang hati kepada kalian, akan tetapi berapa harga yang hendak kalian tawarkan kepadaku?” Mereka menjawab: “Setiap dirham yang kau bayarkan akan kami ganti dengan dua dirham.”
Utsman menjawab: “Aku akan mendapatkan lebih dari itu.” Maka para pedagangpun menambahkan lagi harga tawaran mereka. Utsman lalu berkata: “Aku akan mendapatkan lebih dari harga yang telah kalian tambahkan.” Para pedagangpun menambahkan lagi harga tawaran mereka.
Namun Utsman tetap berkata: “Aku akan mendapatkan lebih dari ini.” Para pedagang tadi berkata: “Wahai Abu Amr, tidak ada para pedagang lain di Madinah selainkami. Juga tidak ada seorang pun yang mendahului kami datang ke tempat ini. Lalu siapa yang telah memberikan tawaran kepadamu melebihi harga yang kami tawarkan?!” Utsman menjawab: “Allah subhanahu wataala akan memberikan 10 kali lipat dari setiap dirham yang aku bayarkan. Apakah kalian dapat membayar lebih dari ini?”
Para pedagang itu menjawab: “Kami tidak sanggup untuk membayarnya, wahai Abu Amr.
Utsman langsung berseru: “Aku bersaksi kepada Allah bahwa aku akan menjadikan semua barang bawaan yang dibawa oleh kafilah ini sebagai sedekah kepada para fuqara kaum muslimin. Aku tidak pernah berharap satu dirham ataupun satu dinar sebagai gantinya. Aku hanya berharap keridhaan dan balasan dari Allah subhanahu wataala.
(Kisah Heroik: 65 Orang Sahabat Rasulullah - Dr. Abdurrahman Ra'fat Al-Basya)
diambil dari kaunee.com ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (at-Taubah:110)
Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah?
Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah?
Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.
Friday, 6 March 2009
Jangan Halangi Aku....
------------------------------------------------
Hari itu Nasibah tengah berada di dapur. Suaminya, Said tengah beristirahat di kamar tidur. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh bagaikan gunung-gunung batu yang runtuh. Nasibah menebak, itu pasti tentara musuh. Memang, beberapa hari ini ketegangan memuncak di sekitar Gunung Uhud.
Dengan bergegas, Nasibah meninggalkan apa yang tengah dikerjakannya dan masuk ke kamar. Suaminya yang tengah tertidur dengan halus dan lembut dibangunkannya. “Suamiku tersayang,” Nasibah berkata, “aku mendengar suara aneh menuju Uhud. Barang kali orang-orang kafir telah menyerang.”
Said yang masih belum sadar sepenuhnya, tersentak. Ia menyesal mengapa bukan ia yang mendengar suara itu. Malah istrinya. Segera saja ia bangkit dan mengenakan pakaian perangnya. Sewaktu ia menyiapkan kuda, Nasibah menghampiri. Ia menyodorkan sebilah pedang kepada Said.
“Suamiku, bawalah pedang ini. Jangan pulang sebelum menang….”
Said memandang wajah istrinya. Setelah mendengar perkataannya seperti itu, tak pernah ada keraguan baginya untuk pergi ke medan perang. Dengan sigap dinaikinya kuda itu, lalu terdengarlah derap suara langkah kuda menuju utara. Said langsung terjun ke tengah medan pertempuran yang sedang berkecamuk. Di satu sudut yang lain, Rasulullah melihatnya dan tersenyum kepadanya. Senyum yang tulus itu makin mengobarkan keberanian Said saja.
Di rumah, Nasibah duduk dengan gelisah. Kedua anaknya, Amar yang baru berusia 15 tahun dan Saad yang dua tahun lebih muda, memperhatikan ibunya dengan pandangan cemas. Ketika itulah tiba-tiba muncul seorang pengendara kuda yang nampaknya sangat gugup.
“Ibu, salam dari Rasulullah,” berkata si penunggang kuda, “Suami Ibu, Said baru saja gugur di medan perang. Beliau syahid…”
Nasibah tertunduk sebentar, “Inna lillah…..” gumamnya, “Suamiku telah menang perang. Terima kasih, ya Allah.”
Setelah pemberi kabar itu meninggalkan tempat itu, Nasibah memanggil Amar. Ia tersenyum kepadanya di tengah tangis yang tertahan, “Amar, kaulihat Ibu menangis? Ini bukan air mata sedih mendengar ayahmu telah syahid. Aku sedih karena tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan pagi para pejuang Nabi. Maukah engkau melihat ibumu bahagia?”
Amar mengangguk. Hatinya berdebar-debar.
“Ambilah kuda di kandang dan bawalah tombak. Bertempurlah bersama Nabi hingga kaum kafir terbasmi.”
Mata amar bersinar-sinar. “Terima kasih, Ibu. Inilah yang aku tunggu sejak dari tadi. Aku was-was seandainya Ibu tidak memberi kesempatan kepadaku untuk membela agama Allah.”
Putra Nasibah yang berbadan kurus itu pun segera menderapkan kudanya mengikut jejak sang ayah. Tidak tampak ketakutan sedikitpun dalam wajahnya. Di depan Rasulullah, ia memperkenalkan diri. “Ya Rasulullah, aku Amar bin Said. Aku datang untuk menggantikan ayah yang telah gugur.”
Rasul dengan terharu memeluk anak muda itu. “Engkau adalah pemuda Islam yang sejati, Amar. Allah memberkatimu….”
Hari itu pertempuran berlalu cepat. Pertumpahan darah berlangsung sampai sore. Pagi-pagi seorang utusan pasukan islam berangkat dari perkemahan mereka meunuju ke rumah Nasibah. Setibanya di sana, perempuan yang tabah itu sedang termangu-mangu menunggu berita, “Ada kabar apakah gerangan kiranya?” serunya gemetar ketika sang utusan belum lagi membuka suaranya, “apakah anakku gugur?”
Utusan itu menunduk sedih, “Betul….”
“Inna lillah….” Nasibah bergumam kecil. Ia menangis.
“Kau berduka, ya Ummu Amar?”
Nasibah menggeleng kecil. “Tidak, aku gembira. Hanya aku sedih, siapa lagi yang akan kuberangkatan? Saad masih kanak-kanak.”
Mendegar itu, Saad yang tengah berada tepat di samping ibunya, menyela, “Ibu, jangan remehkan aku. Jika engkau izinkan, akan aku tunjukkan bahwa Saad adalah putra seorang ayah yang gagah berani.”
Nasibah terperanjat. Ia memandangi putranya. “Kau tidak takut, nak?”
Saad yang sudah meloncat ke atas kudanya menggeleng yakin. Sebuah senyum terhias di wajahnya. Ketika Nasibah dengan besar hati melambaikan tangannya, Saad hilang bersama utusan itu.
Di arena pertempuran, Saad betul-betul menunjukkan kemampuannya. Pemuda berusia 13 tahun itu telah banyak menghempaskan banyak nyawa orang kafir. Hingga akhirnya tibalah saat itu, yakni ketika sebilah anak panah menancap di dadanya. Saad tersungkur mencium bumi dan menyerukan, “Allahu akbar!”
Kembali Rasulullah memberangkatkan utusan ke rumah Nasibah. Mendengar berita kematian itu, Nasibah meremang bulu kuduknya. “Hai utusan,” ujarnya, “Kausaksikan sendiri aku sudah tidak punya apa-apa lagi. Hanya masih tersisa diri yang tua ini. Untuk itu izinkanlah aku ikut bersamamu ke medan perang.”
Sang utusan mengerutkan keningnya. “Tapi engkau perempuan, ya Ibu….”
Nasibah tersinggung, “Engkau meremehkan aku karena aku perempuan? Apakah perempuan tidak ingin juga masuk surga melalui jihad?”
Nasibah tidak menunggu jawaban dari utusan tersebut. Ia bergegas saja menghadap Rasulullah dengan kuda yang ada. Tiba di sana, Rasulullah mendengarkan semua perkataan Nasibah. Setelah itu, Rasulullah pun berkata dengan senyum. “Nasibah yang dimuliakan Allah. Belum waktunya perempuan mengangkat senjata. Untuk sementra engkau kumpulkan saja obat-obatan dan rawatlah tentara yang luka-luka. Pahalanya sama dengan yang bertempur.”
Mendengar penjelasan Nabi demikian, Nasibah pun segera menenteng tas obat-obatan dan berangkatlah ke tengah pasukan yang sedang bertempur. Dirawatnya mereka yang luka-luka dengan cermat. Pada suatu saat, ketika ia sedang menunduk memberi minum seorang prajurit muda yang luka-luka, tiba-tiba terciprat darah di rambutnya. Ia menegok. Kepala seorang tentara Islam menggelinding terbabat senjata orang kafir.
Timbul kemarahan Nasibah menyaksikan kekejaman ini. Apalagi waktu dilihatnya Nabi terjatuh dari kudanya akibat keningnya terserempet anak panah musuh, Nasibah tidak bisa menahan diri lagi. Ia bangkit dengan gagah berani. Diambilnya pedang prajurit yang rubuh itu. Dinaiki kudanya. Lantas bagai singa betina, ia mengamuk. Musuh banyak yang terbirit-birit menghindarinya. Puluhan jiwa orang kafir pun tumbang. Hingga pada suatu waktu seorang kafir mengendap dari belakang, dan membabat putus lengan kirinya. Ia terjatuh terinjak-injak kuda.
Peperangan terus saja berjalan. Medan pertempuran makin menjauh, sehingga Nasibah teronggok sendirian. Tiba-tiba Ibnu Mas’ud mengendari kudanya, mengawasi kalau-kalau ada korban yang bisa ditolongnya. Sahabat itu, begitu melihat seonggok tubuh bergerak-gerak dengan payah, segera mendekatinya. Dipercikannya air ke muka tubuh itu. Akhirnya Ibnu Mas’ud mengenalinya, “Istri Said-kah engkau?”
Nasibah samar-sama memperhatikan penolongnya. Lalu bertanya, “bagaimana dengan Rasulullah? Selamatkah beliau?”
“Beliau tidak kurang suatu apapun…”
“Engkau Ibnu Mas’ud, bukan? Pinjamkan kuda dan senjatamu kepadaku….”
“Engkau masih luka parah, Nasibah….”
“Engkau mau menghalangi aku membela Rasulullah?”
Terpaksa Ibnu Mas’ud menyerahkan kuda dan senjatanya. Dengan susah payah, Nasibah menaiki kuda itu, lalu menderapkannya menuju ke pertempuran. Banyak musuh yang dijungkirbalikannya. Namun, karena tangannya sudah buntung, akhirnya tak urung juga lehernya terbabat putus. Rubuhlah perempuan itu ke atas pasir. Darahnya membasahi tanah yang dicintainya.
Tiba-tiba langit berubah hitam mendung. Padahal tadinya cerah terang benderang. Pertempuran terhenti sejenak. Rasul kemudian berkata kepada para sahabatnya, “Kalian lihat langit tiba-tiba menghitam bukan? Itu adalah bayangan para malaikat yang beribu-ribu jumlahnya. Mereka berduyun-duyun menyambut kedatangan arwah Nasibah, wanita yang perkasa.”
sumber: dakwatuna.com
Thursday, 15 January 2009
Sedikit Kisah Faishal bin Abdul Aziz
Nama lengkapnya adalah Faisal Ibnu Abdul Aziz Ibnu Abdul Rahman Ibnu Faisal As-Saud. Ia dilahirkan pada bulan April 1906. Faisal adalah putra Raja Abdul Azis ibnu Saud pendiri dinasti Saudiyah di Jazirah Arab, sekaligus pendiri Kerajaan Arab Saudi pada tahun 1932.
Faisal juga keturunan langsung Muhammad bin Abdul Wahhab, pendiri paham keagamaan Wahabiyah, melalui ibunya. Wahabiyah adalah suatu gerakan reformasi dan purifikasi keagamaan Islam yang menjadi penyokong utama Raja Abdul Aziz saat mendirikan Kerajaan Arab Saudi.
Dalam perang Enam Hari antara negara-negara Arab melawan Israel pada bulan Juni 1967, Arab Saudi tidak melibatkan tentaranya. Namun pemerintah negeri itu memberikan subsidi ekonomi yang tinggi kepada negara-negara Arab yang memerangi Israel, yakni Mesir, Yordan dan Suriah.
Pada Perang Yom Kippur tahun 1973, perang besar kedua antara Arab Israel, Arab Saudi kembali mengambil peran besar dalam mendanai perang itu. Perang itu disebut Perang Yom Kippur karena peperangan itu terjadi pada saat hari raya umat Yahudi, Yom Kippur. Kadang disebut juga Perang Badar Baru karena terjadi pada bulan Ramadhan.
Karena Amerika Serikat dan negara-negara industri Eropa diketahui menjadi pendukung penuh Israel, Raja Faisal kemudian menggunakan minyak sebagai salah satu senjata perangnya. Ia memimpin embargo minyak kepada negara-negara Barat.
Akibatnya industri dan transportasi di negara Barat menjadi kacau. Rakyat Amerika dan Eropa mengantri panjang untuk mendapatkan BBM. BBM dijatah seperti Indonesia pada masa krisis. Akibatnya Amerika terpaksa menghentikan sementara bantuannya kepada Israel.
Untuk mengatasi krisis Presiden AS Richard Nixon sampai turun tangan langsung. Ia segera mengunjungi Raja Faisal di negaranya pada bulan Juni 1974 dan memintanya menyerukan penghentian embargo minyak dan perang Arab-Israel. Dengan penuh izzah Raja Faisal berkata, "Tidak akan ada perdamaian sebalum Israel mengembalikan tanah-tanah Arab yang dirampas pada tahun 1967!" Alhasil Nixon pulang ke negaranya dengan tanpa hasil.
Penolakan itu jelas membuat Amerika merasa geram. Diam-diam mereka merencanakan sebuah operasi untuk menyingkirkan Raja Faisal. Pada tanggal 25 Maret 1975 Faisal wafat, dibunuh oleh keponakannya sendiri di istananya. Penyelidikan resmi menyatakan pembunuhan itu dilakukan sendiri. Namun banyak orang yakin, Amerika dengan CIA-nya berperang sebagai dalang pembunuhan itu.
Semoga Allah merahmati Faishal bin Abdul Aziz.
Dikutipkan secara acak dari
http://yudhim.blogspot.com/2008/01/raja-arab-saudi-yang-pemberani.html
Wednesday, 14 January 2009
Sedikit Kisah Umar bin Abdul Aziz
Dan, Umar bin Abdul Aziz tidak menunjuk anaknya tuk menjadi raja, karena Yazid bin Abdul Malik-lah yang mengambil alih kekuasaan, dan kita tahu bagaimana nasib pemerintahan Islam setelah itu.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
....khalifah dari bani Abbasiyah meminta kepada salah seorang ulama agar berkenan mengutarakan segala sesuatu yang patut dia ketahui. Maka sang ulama tersebut menjawab,
"Aku sempat merasakan hidup pada zaman pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Seseorang ada yang menegur sang Khalifah, `Wahai Amirul-Mukminin! Sungguh, apakah anda menginginkan untuk tidak memberi mereka (yakni putra-putranya) harta peninggalan, dan anda ingin meninggalkan mereka dalam keadaan fakir, tidak memiliki kekayaan sama sekali?`
Pada saat itu, Umar bin Abdul Aziz dalam kondisi sakit cukup parah. Beliau lantas berkata, `Suruh mereka (yakni putra-putranya) masuk!` Para pengawal mempersilahkan keenam putra beliau yang masih belum dewasa itu untuk masuk menemui sang ayah tercinta. Ketika beliau berkata dengan mata berkaca-kaca, `Wahai anakku! Demi Allah, aku tidak pernah menghalangi kalian untuk mendapatkan hak kalian, namun aku pun tidak akan pernah dan merampas harta (hak) orang lain untuk kuberikan kepada kalian. Sesungguhnya, kalian semua adalah termasuk satu di antara dua golongan, mungkin sebagai orang saleh, dan Allah akan senantiasa membela orang-orang yang saleh. Atau mungkin kalian termasuk orang yang tidak saleh, maka ketahuilah bahwa aku tidak akan pernah meninggalkan kalian bersama sesuatu yang menjadikan kalian berbuat maksiat kepada Allah. Mandirilah sepeninggalku!`" (Ibnul-Jauzi, Sirah Umar bin Abdul Aziz, hlm.280)
(Siyasah Syar'iyyah edisi Bahasa Indonesia, hlm. 7-8)
Sunday, 9 November 2008
Pidato Boeng Tomo...
Cukup menggugah, terutama bagian akhirnya. Apalagi klo sambil ngebayangin kondisi saat pidato dilakukan. Apalagi bagi saya menyukai hal-hal klasik :D
Selamat tergugah!
--------------------------------------------------------------------------------------------------
teroetama, saoedara-saoedara pendoedoek kota Soerabaja
Kita semoeanja telah mengetahoei bahwa hari ini tentara Inggris telah menjebarkan pamflet-pamflet jang memberikan soeatoe antjaman kepada kita semoea.
Kita diwadjibkan oentoek dalam waktoe jang mereka tentoekan, menjerahkan sendjata-sendjata jang kita reboet dari tentara djepang.
Mereka telah minta supaja kita semoea datang kepada mereka itoe dengan membawa bendera poetih tanda menjerah kepada mereka.
didalam pertempoeran- pertempoeran jang lampaoe, kita sekalian telah menundjukkan bahwa
ra'jat Indonesia di Soerabaja
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Maloekoe,
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Soelawesi,
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Poelaoe Bali,
pemoeda-pemoeda jang berasal dari Kalimantan,
pemoeda-pemoeda dari seloeroeh Soematera,
pemoeda Atjeh, pemoeda Tapanoeli & seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini,
telah menoenjoekkan satoe pertahanan jang tidak bisa didjebol,
telah menoenjoekkan satoe kekoeatan sehingga mereka itoe terdjepit di mana-mana
Dengan mendatangkan presiden & pemimpin-pemimpin lainnja ke Soerabaja ini, maka kita toendoek oentoek menghentikan pertempoeran.
Tetapi pada masa itoe mereka telah memperkoeat diri, dan setelah koeat sekarang inilah keadaannja.
Dan kalaoe pimpinan tentara Inggris jang ada di Soerabaja ingin mendengarkan djawaban ra'jat Indonesia,
ingin mendengarkan djawaban seloeroeh pemoeda Indonesia jang ada di Soerabaja ini
Dengarkanlah ini hai tentara Inggris,
ini djawaban ra'jat Soerabaja
ini djawaban pemoeda Indonesia kepada kaoe sekalian
kaoe menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera poetih takloek kepadamoe,
menjuruh kita mengangkat tangan datang kepadamoe,
kaoe menjoeroeh kita membawa sendjata-sendjata jang kita rampas dari djepang oentoek diserahkan kepadamoe
Tetapi inilah djawaban kita:
Selama banteng-banteng Indonesia masih mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain poetih mendjadi merah & putih,
maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen djuga!
siaplah keadaan genting
tetapi saja peringatkan sekali lagi, djangan moelai menembak,
baroe kalaoe kita ditembak, maka kita akan ganti menjerang mereka itu.
Dan oentoek kita, saoedara-saoedara, lebih baik kita hantjur leboer daripada tidak merdeka.
Sembojan kita tetap: MERDEKA atau MATI.
pada akhirnja pastilah kemenangan akan djatuh ke tangan kita
sebab Allah selaloe berada di pihak jang benar
pertjajalah saoedara-saoedara,
Toehan akan melindungi kita sekalian
MERDEKA!!!__,_._,___
Tuesday, 27 March 2007
Ali radhiallahu `anhu itu Sunni*
Beberapa waktu lalu saya tergerak tuk mengorek-ngorek sejarah khulafaur-raysidin, dari sumber yg shahih, yg penulisnya telah diakui sebagai al-Imam al-Faqih al-Muhaddits yang ternama dan seorang ahli Tafsir, al-Hafizh Ibnu Katsir, dalam kitab Al-Bidayah wa An-Nihayah, Masa Khulafaur Rasyidin.
Dalam kitab tersebut, pada hlm. 531 disebutkan bahwa Ali radhiallahu `anhu pada masa kekhalifahannya memerangi bid`ah2 dan benih-benih ajaran syiah yang mulai muncul. Beliau berkhutbah di mimbar Masjid Jami` Kufah dan menjelaskan bahwa seutama-utama umat ini setelah Rasulullah shallallahu `alayhi wa sallam adalah Abu Bakar dan Umar radhiallahu `anhuma. Beliau berkata, "Tidaklah dibawa kehadapanku seorang yang melebihkan aku daripada Abu Bakar dan Umar melainkan aku akan mencambuknya sebanyak cambukan bagi para penuduh tanpa bukti (yakni 80 kali)."(Majmu` Fatawa,4/422). Beliau juga melarang mencela seluruh sahabat nabi. Dan mengancam pelakunya dengan hukuman berat.
Pada halaman lain dituliskan bahwa ketika pembai`atan Abu Bakr ash-Shiddiq radhiallahu `anhu sebagai khalifah, selain Ali radhiallahu `anhu , Zubair radhiallahu `anhu juga termasuk sahabat yg telat berbai`at. Namun mereka berkata, "Kami tidak merasa marah kecuali karena kami tidak diikutkan dalam musyawarah pemilihan kalian, tetapi kami tetap berpandangan bahwa Abu Bakarlah yang paling pantas menjadi pemimpin. Dialah orang yang menemani Rasulullah bersembunyi di dalam gua. Kita telah mengetahui kemuliaan dan kebaikannya. Dialah yang diperintahkan Rasulullah untuk menjadi imam shalat manusia ketika Rasulullah hidup".
------------
* : Ahlus-Sunnah wal-Jama`ah, bukan Syi`ah