"Jadilah orang sukses tapi jangan lupakan akhirat"
"Kejarlah cita-cita yang tinggi, tapi jangan lupa Allah"
"Belajar dan bekerjalah yang giat, tapi ingat sholat"
"Bermainlah, tapi jangan lupa ngaji"
Mungkin nasihat-nasihat seperti ini lebih familiar di telinga kita. Tapi rasanya terbalik jika kita merujuk surat al-Qashash ayat 77..
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
" Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi..."
Yang harus dicari benar-benar itu adalah negeri akhirat, dan "sekedar" jangan dilupakan itu adalah bagian di dunia.
Tentu bukan berarti "berlemah-lemah" dalam mengejar dunia. Namun pondasi ruhiah dan cita-cita akhirat yang benar, akan mengantarkan seseorang pada kesuksesan dunia yang sesungguhnya.
Mungkin tidak sedikit kaum muslimin hebat yang mencoba menapaktilasi kesuksesan Ibnu Sina dalam ilmu pengetahuan dan sumbangannya terhadap peradaban dengan terus mengejar mimpinya dalam "ilmu keduniaan". Tapi mungkin mereka kurang mencermati sejarah hidup Ibnu Sina itu sendiri, yang pada umur 9 tahun telah selesai mengkhatamkan HAFALAN Qurannya !
Bagaimana kita mau mengaku sebagai intelektual muslim yang menapaktilasi jejak para ilmuwan muslim yang telah mengantarkan Islam pada kejayaannya di masa lalu, sedangkan tapak-tapak yang kita tilasi berbeda dengan mereka. Pemahaman syariah kita berbeda dengan pemahaman syariah mereka, tahajjud kita berbeda dengan tahajjud mereka, hafalan Quran kita berbeda dengan hafalan Quran mereka. Atau bahkan kita tidak paham syariah, sama sekali tidak gemar tahajjud, dan jauh, jauuuh sekali dari hafalan quran.
Maka, tapak-tapak siapakah yang sedang kita tilasi?
Tapak-tapak orang yang sekedar tidak lupa akhirat kah?
Tapak-tapak orang yang sekedar tidak lupa sholat kah?
Tapak-tapak orang yang sekedar tidak lupa ngaji kah?
Ah, jangan-jangan ngaji pun kita sudah lupa. Hanya tinggal sholat, yang tidak berjamaah, yang tidak di masjid, yang tidak di awal waktu. Adapun akhirat, entah tersimpan di bilik otak bagian mana.
Wallahul-musta'an
Astaghfirullaah..
ReplyDeleteHayuk luruskan kembali yang salah. Syukron nasihatnya, Ustadz :)
ReplyDeleteafwan
ReplyDelete