Tuesday 2 November 2010

Di antara Gaya Kita dalam Berdoa

Di dunia yang semakin banyak unsur mayanya ini, aktivitas pergaulan kita memang tidak bisa dilepaskan dari milis-milis dan forum di internet. Salah satu fenomena yang muncul di kavling-kavling maya tersebut adalah aktivitas saling berbalas doa ketika ada info musibah/kabar gembira dari salah satu penduduk kavling.

Secara pribadi, saya merasa termasuk yang sering absen di aktivitas warga tersebut. Mungkin ada unsur kemalasan menggerakkan jari -walaupun lidah dan hati selalu diusahakan agar merespon-. Tapi ada alasan lain, yang sering membuat saya absen di aktivitas tersebut.

Sebagaimana disebutkan oleh orang yang paling berpengaruh di dunia, salah satu hal yang menjadikan doa itu (lebih) makbul adalah doa terhadap saudara muslim tanpa sepengetahuannya.

Doa seorang Muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang mustajab. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan bagimu hal yang sama”
[HR. Muslim dari Ummud Darda’]

Lalu apakah serta merta aktivitas berbalas doa ini menjadi kurang keren? Ya tidak juga.

Ada seorang laki-laki berada di dekat Nabi Shalallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian kepadanya lewat seorang laki-laki lain. Laki-laki yang di dekat Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam berkata, "Wahai Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam, sungguh aku mencintainya." Maka Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bertanya, "Apakah engkau sudah memberitahukannya?" Ia menjawab, "Belum" Rasulullaah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Beritahukanlah kepadanya" Kemudian ia mengikutinya dan berkata, "Sungguh aku mencintaimu karena Allah." Laki-laki itu pun berkata: "Semoga engkau dicintai Allah, yang karena-Nya engkau mencintaiku." 
[HR. Abu Dawud dari Anas bin Malik]

Nah, di dunia maya ini para penduduknya juga perlu tahu bahwa mereka dicintai tetangga-tetangganya. Menyedihkan tentu, ketika ada info musibah/kabar gembira salah satu penduduk, tidak ada satu pun yang merespon secara publik :)

Selain itu, manusia paling sholeh di muka bumi pun mewariskan doa-doa dengan lafazh tujuan orang kedua, sebagai bentuk ajaran publikasi doa. Misalnya doa selamat pernikahan yang berbunyi,

Barakallahu laKA wa baraka 'alayKA wa jama'a baynaKUMA fi khayr.

(Semoga Allah memberi berkah kepadamu dan atasmu serta mengumpulkan kamu berdua (pengantin laki-laki dan perempuan) dalam kebaikan)
[lihat Hisnul Muslim, asy-Syaikh al-Qahthani)

Adapun sebagai bentuk ajaran tidak mempublikasikan doa, salah satunya tersirat dalam warisannya yang lain, seperti doa ketika disuguhkan makanan (dijamu),

Allahumma bariklaHUM fi ma razaqtaHUM waghfirlaHUM warhamHUM

(Ya Allah berkahilah MEREKA dalam apa-apa yang Engkau rizkikan untuk MEREKA, dan ampunilah MEREKA, serta kasihilah MEREKA)
[lihat Hisnul Muslim, asy-Syaikh al-Qahthani)

Jadi, setidaknya ada 2 gaya (atau 3 jika memasukkan "gaya pertengahan" :), dalam mengikuti salah satu aktivitas warga kavling maya ini. Apapun gaya pilihan kita, yang sebaiknya dihindari adalah perasaan "selesai kewajiban" dengan hanya berpartisipasi di aktivitas tersebut.

Jika perasaan cinta itu sungguh, seharusnya keinginan mendoakan itu juga terbawa ke dunia nyata. Keinginan saudara kita sembuh dari sakitnya, dilapangkan kesempitannya, ataupun ditambah kebaikannya juga terbawa dalam doa-doa kita di dunia nyata, selepas sholat misalnya. Jika demikian yang terjadi, maka bolehlah kita berharap malaikat di kepala kita berkata, "Amin, walaka bi mitslin" (Amin, dan bagimu hal yang sama).

وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالإِيمَانِ وَلا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِينَ آمَنُو


“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Hasyr: 10)


Wallahu a'lam
Wallahul-musta'an

4 comments:

  1. "Jika perasaan cinta itu sungguh, seharusnya keinginan mendoakan itu juga terbawa ke dunia nyata."
    insyaAllah... ^_^
    tengkyu diingatkan...

    ReplyDelete
  2. wah...
    dapet ilmu lagi..

    semoga ilmu yg punya blog ini bertambah terus sehingga bisa menyebarkannya ke yang lain juga..aamiin.
    :)

    ReplyDelete
  3. semoga ilmu yg komentar di atas jg nambah terus sehingga bisa menyebarkannya ke yg lain. amiin :)

    ReplyDelete