Sejarah dan Keutamaan Puasa Asyura
Sesungguhnya hari Asyura (10 Muharram) meski merupkan hari bersejarah dan
diagungkan, namun orang tidak boleh berbuat bid'ah di dalamnya. Adapun yang
dituntunkan syariat kpd kita pada hari itu HANYALAH BERPUASA, dengan dijaga
agar jangan sampai tasyabbuh dengan orang Yahudi.
"Orang2 Quraisy biasa berpuasa pada hari asyura di masa jahiliyyah,
Rasulullah pun melakukannya pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau sampai di
Madinah beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya untuk
berpuasa." (HSR Bukhari 3/454, 4/102, 244, 7/ 147 Muslim 2/792, dll)
"Nabi tiba di Madinah, kemudian beliau melihat orang2 Yahudi berpuasa pada
hari asyura. Beliau bertanya:"Apa ini?" Mereka menjawab:"Sebuah hari yang
baik, ini adalah hari dimana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh
mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu sebagai wujud syukur. Maka beliau
Rasulullah menjawab:"Aku lebih berhak terhadap Musa daripada kalian
(Yahudi), maka kami akan berpuasa pada hari itu sebagai bentuk pengagungan
kami terhadap hari itu." (HSR Bukhari 4/244, 6/429)
"Rasulullah ditanya tentang puasa Asyura, beliau menjawab:"Puasa itu bisa
menghapuskan dosa-dosa kecil pada tahun kemarin."(HSR Muslim 2/818-819)
Cara Berpuasa di Hari Asyura
1. Berpuasa selama 3 hari tgl 9, 10, dan 11 Muharram
Berdasarkan hadits Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan
lafadz sebagaimana telah disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam al-Huda dan
al-Majd Ibnu Taimiyyah dalam al-Muntaqa 2/2:
"Selisihilah orang yahudi dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya."
Dan pada riwayat ath-Thahawi menurut penuturan pengarang al-Urf asy-Syadzi:
"Puasalah pada hari Asyura dan berpuasalah sehari sebelum dan setelahnya dan
janganlah kalian menyerupai orang Yahudi."
Namun di dalam sanadnya ada rawi yang diperbincangkan. Ibnul Qayyim berkata
(dalam Zaadud Ma'al 2/76):"Ini adalah derajat yang paling sempurna." Syaikh
Abdul Haq ad-Dahlawi mengatakan:"Inilah yang utama."
Ibnu Hajar di dalam Fathul Bari 4/246 juga mengisyaratkan keutamaan ini. Dan
termasuk yang memilih pendapat puasa 3 hari tersebut adalah asy-Syaukani
(Nailul Authar 4/245) dan Syaikh Muh Yusuf al-Banury dalam Ma'rifus Sunan
5/434.
Namun mayoritas ulama yang memilih cara ini adalah lebih dimaksudkan utk
berhati-hati. Ibnul Qudamah di dalam al-Mughni 3/174 menukil pendapat Imam
Ahmad yang memilih puasa 3 hari pada saat timbul kerancuan dalam menentukan
awal bulan.
2. Berpuasa tgl 9 & 10 Muharram
Mayoritas Hadits menunjukkan cara ini:
Rasulullah berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan berpuasa. Para
shahabat berkata:"Ya Rasulullah, sesungguhnya hari itu diagungkan oleh
Yahudi." Beliau bersabda:"Di tahun depan insyaAllah kita akan berpuasa pada
tanggal 9.", tetapi sebelum datang tahun depan Rasulullah telah wafat." (HSR
Muslim 2/798)
Dalam riwayat lain:"Jika aku masih hidup pada tahun depan, sungguh aku akan
melaksanakan puasa pada hari kesembilan."(HSR Muslim 2/798; Ibnu Majah,
Ahmad, Tabrani dll)
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Baari 4/245 :"Keinginan beliau
untuk berpuasa pada tanggal 9 mengandung kemungkinan bahwa beliau tidak
hanya berpuasa pada tanggal 9 saja, namun juga ditambahkan pada hari
kesepuluh. Kemungkinan dimaksudkan untuk berhati-hati dan mungkin juga untuk
menyelisihi kaum Yahudi dan Nashara, kemungkinan kedua inilah yang lebih
kuat, yang itu ditunjukkan sebagian riwayat Muslim:
"Dari 'Atha', dia mendengar Ibnu Abbas berkata:"Selisihilan Yahudi,
berpuasalah pada tanggal 9 dan 10." (Abdurrazaq, Thahawi, Baihaqi, dll)
3. Berpuasa pd tgl 9 & 10 atau 10 & 11 Muharram
"Berpuasalah pada hari asyura dan selisihilah orang Yahudi, puasalah sehari
sebelumnya atau sehari setelahnya."(Hadits DHOIF, riwayat Ahmad, Ibnu
Khuzaimah, Thahawi)
Hadits marfu' ini tidak shahih karena ada 3 illat (cacat):
- Ibnu Abi Laila, lemah karena hafalannya buruk.
- Dawud bin Ali bin Abdullah bin Abbas, bukan hujjah
- Perawi sanad hadits tersebut secara mauquf lebih tsiqah dan lebih
hafal daripada perawi jalan/sanad marfu'
Jadi hadits di atas Shahih secara mauquf sebagaimana dalam as-Sunan
al-Ma'tsurah karya As-Syafi'i no 338 dan Ibnu Jarir ath-Thabari dalam
Tahdzibul Atsar 1/218.
Ibnu Rajab berkata (Lathaiful Ma'arif hal 49):"Dalam sebagian riwayat
disebutkan ATAU SESUDAHNYA maka kata ATAU di sini mungkin karena keraguan
dari perawi atau memang menunjukkan kebolehan…."
Al-Hafidz berkata (Fathul Baari):"Dan ini adalahl akhir perkara Rasulullah,
dahulu beliau suka menyocoki ahli kitab dalam hal yang tidak ada perintah,
lebih-lebih bila hal itu menyelisihi orang-orang musyrik. Maka setelah fathu
Makkah dan Islam menjadi termahsyur, beliau suka menyelisihi ahli kitab
sebagaimana dalam hadits shoheh. Mak a masalah puasa asyura termasuk dalam
hal itu. Maka pertama kali beliau menyocoki ahli kitab dan berkata:"Kami
lebih berhak atas Musa daripada kalian.", kemudian beliau menyukai
menyelisihi ahli kitab, maka beliau menambah sehari sebelum ATAU sesudahnya
untuk menyelisihi ahli kitab."
Ar-Rafi'i berkata (at-Talhish al-Habir 2/213):"Berdasarkan ini, seandainya
tidak berpuasa pada tanggal 9 maka dianjurkan untuk berpuasa pada tanggal
11."
4. Berpuasa pd tgl 10 Muharram saja
Al-Hafidz berkata (Fathul Baari):"Puasa asyura mempunyai 3 tingkatan, yg
terendah berpuasa sehari saja, tingkatan diatasnya ditambah puasa pada
tanggal 9, dan tingkatan diatasnya ditambah puasa pada tanggal 9 dan 11.
Wallahu a'lam."
*Bid'ah-bid'ah di hari asyura'*
1. Shalat dan dzikir-dzikir khusus, sholat ini disebut dengan sholat
asyura
2. Mandi, bercelak, memakai minyak rambut, mewarnai kuku, dan menyemir
rambut.
3. Membuat makanan khusus yang tidak seperti biasanya.
4. Membakar kemenyan.
5. Bersusah-susah dalam kehausan dan menampakkan kesusahannya itu.
6. Doa awal dan akhir tahun yang dibaca pada malam akhir tahun dan
awal tahun (majmu' Syarif)
7. Menentukan berinfaq dan memberi makan orang-orang miskin
8. Memberi uang belanja lebih kepada keluarga.
9. As-Subki berkata (ad-Din al-Khalish 8/417):"Adapun pernyataan
sebagian orang yang menganjurkan setelah mandi hari ini (10 Muharram) untuk
ziarah kepada orang alim, menengok orang sakit, mengusap kepala anak yatim,
memotong kuku, membaca al-Fatihah seribu kali dan bersilaturahmi maka TIDAK
ADA dalil yg menunjukkan keutamaan amal-amal itu jika dikerjakan pada hari
asyura. YANG BENAR amalan-amalan ini diperintahkan oleh syariat di setiap
saat, adapun MENGKHUSUSKAN di hari asyura maka hukumnya adalah bid'ah."
Perhatikan!!
Hadits :"Barangsiapa memberi kelonggaran pd hari asyura, niscaya Allah akan
memberikan kelonggaran kepadanya sepanjang tahun."
Hadits diatas adalah BATHIL. Imam Ahmad berkata:"Hadits ini tidak
sah/bathil."
Hadits : "Barangsiapa mandi dan bersuci pada hari asyura maka tidak akan
sakit di tahun itu kecuali sakit yang menyebabkan pada kematian."
Hadits diatas adalah Palsu, buatan para pembunuh Husain.
Hadits : "Barangsiapa bercelak dengan batu ismid di hari asyura maka matanya
tidak akan pernah sakit selamanya."
Maka ulama seperti Ibnu Rajab , az -Zakarsyi dan as-Sakhawi menilai hadits
di atas adalah maudhu'/palsu.
Demikianlah sedikit pembahasan tentang hari asyura'. Semoga kita bias
mengamalkan sunnah dan meninggalkan bid'ah. Amin.
Disalin dari Majalah As-Sunnah edisi 03/V/1421H-2001M
Monday, 22 January 2007
Puasa Asyura
Labels:
muharram
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
syukron Jazakallah atas ilmu ini..
ReplyDeletewaiyyaka akhi..
ReplyDeleteAllahumma innanas-aluka `ilman nafi`an.
terimakasih mas.
ReplyDeletesama2, mbak indah
ReplyDeletesyukron atas ilmunya..
ReplyDelete`afwan mbak mia.
ReplyDeleteMakasih bro atas ilmu nya
ReplyDeletesama-sama bro...
ReplyDelete