Sunday, 17 April 2011

Kemaksiatan, antara Nafsu dan Kesombongan

Sufyan ats-Tsaury berkata:
Setiap kemaksiatan yang timbul dari dorongan nafsu, masih bisa diharapkan ampunannya.
Setiap kemaksiatan yang timbul dari dorongan kesombongan, maka tidak dapat diharapkan ampunannya.

Sebab kedurhakaan Iblis bersumber dari sikap sombong,
sedangkan ketergelinciran Nabi Adam akibat dorongan nafsu.

[Nashaihul 'Ibad, al-Imam Nawawi al-Bantani*]

Mereka yang bermaksiat karena nafsunya, maka mereka sadar atas kesalahannya. Mereka sadar bahwa mereka tidak punya alasan di hadapanNya. Maka mereka sadar bahwa taubat adalah jalan satu-satunya. Dan tidak ada taubat, kecuali berbalas ampunanNya.

Sedangkan mereka yang bermaksiat karena kesombongannya, maka mereka menganggap maksiat mereka bukanlah kesalahan. Mereka merasa setiap maksiat memiliki alasan. Mereka merasa sudah dewasa dan berhak sendiri memutuskan. Mereka merasa berhak berbeda dengan para pemilik ilmu, walau hanya berbekal akal pikiran. Mereka tidak akan berpikir untuk taubat kepada ar-Rahman. Lalu dengan apakah mereka mendapatkan ampunan?


Wa astaghfirullaha lii..


----
* : Salah satu ulama besar Indonesia dari Banten, bukan al-Imam an-Nawawi pengarang Riyadhush-Shalihin

4 comments:

  1. Jazaakallah khairan, mas Syaikhul, sangat mencerahkan.
    Semoga rahmat Allah SWT tercurahkan kepada Sufyan ats-Tsaury dan al-Imam Nawawi al-Bantani. aamiin.

    ReplyDelete
  2. ternyata beda ya mas .. trm kasih infonya. Pengarang kitab Riyadhush Shalihin itu dari daerah Timur Tengah ya?

    ReplyDelete
  3. yup, beda.
    Penulis Riyadhushshalihin berasal dari Nawa, dekat Damaskus

    ReplyDelete