Thursday 30 July 2009

Orang-Orang yang Belum Pernah Sampai padanya Dakwah?

Orang-orang non muslim yang meninggal sebelum datang pada mereka informasi (dakwah) islam disebut dengan ahlul-fatrah. Tentang hisab ahlul fatrah ini, setidaknya ada 2 pendapat di kalangan ulama.

Pendapat pertama mengatakan bahwa mereka masuk neraka.

Pendapat kedua mengatakan mereka akan diuji di akhirat.

Pendapat pertama salah satunya disebutkan di syariahonline.com 
Walaupun ada ayat yg mengatakan
"..dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul." (al-israa': 15)

Tapi ada ayat tambahan yang melengkapi ayat di atas yaitu
"..Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan" (fathir :24)

Jadi pada dasarnya setiap kaum telah punya pemberi peringatan, hanya saja hati kaum tsb tertutup.

Pendukung pendapat ini juga memakai hadits yang mengatakan bahwa ayah dan ibu Nabi shallallahu alaihi wasallam di neraka; walaupun masih ada perdebatan tentang syarah (penjelasan) hadits tersebut.

Lebih lanjut, kata rasul pada surat al-isra' 15 juga bisa bermakna "akal", demikian menurut sebagian ulama (ref: Tafsir al-Misbah). Nah, mendapatkan hint tersebut, saya jadi berpikir, manusia bisa menggunakan akalnya tuk menemukan Tuhan (hidayah) seperti Nabi Ibrahim yang bisa berpikir bahwa matahari tidak layak jadi tuhannya, ataupun Salman al Farisi yang berhasil mencapai kebenaran tanpa terlebih dahulu didatangi dakwah. Sehingga, seseorang yang tidak sampai padanya berita Islam, namun ia berhasil menggunakan akalnya dengan baik, ia akan menemukan kebenaran (islam).

Adapun pendapat kedua salah satunya disebutkan di fatwaislam.com . Asy-Syaikh bin Baz rahimahullah termasuk yg mendukung pendapat ini. Beliau merujuk pada hadits -yg menurut beliau- otentik (shahih) di dalam tafsir Ibnu Katsir.
Beliau tidak menyebutkan haditsnya,  tapi hasil saya ngubek2 Tafsir Ibnu Katsir yang saya punya, mungkin maksud asy-Syaikh adalah hadits berikut

"... sedangkan orang yang meninggal pada masa fatrah (belum menerima seruan dakwah) akan mengatakan: 'Ya Rabbku, belum datang kepadaku seorang Rasul utusan-Mu.' Kemudian Allah ta'ala mengambil janji mereka supaya mentaati-Nya. Lalu Dia mengirim utusan  kepada mereka (untuk menyampaikan perintah), 'Masuklah kalian ke neraka.' Demi Yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, seandainya mereka memasukinya, neraka itu akan terasa dingin dan aman sentosa baginya.' "
(HR. Ahmad, diambil dari tafsir Ibnu Katsir, tafsir surat al-Isra':15)

Ibnu Katsir sayangnya tidak memberikan kesimpulan tegas ttg ahlul-fatrah ini (setidaknya dari pengamatan saya), beliau hanya menyebutkan hadits tersebut lalu membahas panjang lebar tentang hal lain yg masih berkaitan dg al-Isra' :15.

Yang saya lihat dari hadits tsb adalah, ahlul fatrah nanti akan diuji di akhirat dengan diminta taat pada Allah lalu disuruh masuk neraka. Jika mereka tetap pada janjinya (taat), maka neraka itu sebenarnya adalah surga, namun jika mereka menolak taat, maka mereka dimasukkan ke dalam neraka yang sebenarnya.

Saya pribadi cenderung pada pendapat kedua. Namun apapun kecenderungan kita, ada beberapa poin yang sepertinya perlu diperhatikan

1. Apakah seseorang termasuk ahlul-fatrah atau bukan, Allah-lah yang paling tahu. Apakah suku di pedalaman Papua termasuk kategori ini atau tidak, Allah-lah yang lebih tahu. Bisa jadi sudah ada yang datang pada mereka, tapi mereka menolaknya.
2. Hidayah adalah hak Allah. Mau diuji di dunia ataupun di akhirat, semuanya kembali pada kehendak Allah Sang Pemberi Hidayah.
3. Allah Maha Adil itu jelas, tapi bagaimana sistematika keadilan al-Khaliq, tidaklah (mungkin) diketahui sempurna oleh makhluq, dan tidak ada yang serupa denganNya.
4. Masuk neraka atau surga adalah takdir (ketetapan Allah). Adapun takdir adalah masalah keimanan (rukun iman). Adapun keimanan bukanlah sesuatu yang dapat diurai sempurna dengan logika akal manusia.
5. Allah tidak ditanya atas tindakanNya, tapi manusialah yang ditanya atas perbuatannya.


Wallahu a'lam
Wallahul-musta'an

9 comments:

  1. Terimakasih banyak penjelasannya Ustadz :) pertanyaan ini sering sekali ditanyakan oleh teman-teman ana di sini.

    ReplyDelete
  2. terimakasih kembali buat QQ n halaqahbyu...

    ReplyDelete
  3. wah mencerahkan...
    saya juga sempet kepikiran hal ini, ternyata kaum pedalaman yang belum tersentuh dakwah itu ada pula istilahnya (ahlul fatrah) dalah Islam ya?
    jazakallah khairan katsir.

    ReplyDelete
  4. istilahnya bukan hny tuk kaum pedalaman sih... :)
    intinya kaum yg belum sampai informasi (dakwah) islam pada mereka..

    waiyyaka

    ReplyDelete
  5. hmmm...........................................................................
    (lama mikir)
    sepertinya tergantung pendapat mana yg dipakai..
    klo pakai pendapat pertama, maka (sepertinya) seseorang itu harus nyari... krn klo terancam masuk neraka.
    klo pakai pendapat kedua, maka (sepertinya) tdk mengapa klo g nyari... krn toh nanti juga diuji lagi di akhirat.

    di atas itu semua...
    saya merasa, klo seseorang mau peduli dg kepercayaannya, niscaya dia akan jengah dan mencari tahu. klo dia g mau peduli dg kepercayaannya maka sama saja (mirip) seperti seorang muslim yg g mau peduli dg agamanya. wallahu a'lam

    ReplyDelete
  6. jadi biarpun kita sudah muslim, harus tetap mencari kebenaran islam yah.

    ReplyDelete
  7. mencari kebenaran islam yg saya maksud adalah menuntut ilmu agama. Menuntut ilmu agama yang benar, dan mengamalkannya.
    Demikian yg saya pahami dari tafsir ayat terakhir surat al-Fatihah.
    (orang-orang yang dimurkai adalah orang-orang yang berilmu tp tidak mengamalkan, orang-orang yg sesat adalah orang berilmu tp tidak benar ilmunya). wallahu a'lam

    ReplyDelete