Thursday 8 October 2009

Jam Gempa dan Nomor Ayat Quran Kok (Tidak) Cocok?

Mantep dah ust Ahmad Sarwat...
gaya bahasanya menarik...
star trek sama x-files sampe dibawa-bawa. ...hihihihihi

jawabannya lumayan panjang.... mungkin al-ustadz juga merasa risih dengan sms2 "klenik" yg masuk ke hpnya.. :)

barakallahu fiik, ustadz..

[penebalan dan garis bawah dari saya]

---------------------------------------------

Pertanyaan

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Mohon pencerahan dari ustadz tentang ramainya SMS tentang kecocokan antara jam terjadinya gempa dengan nomor ayat Quran yang kelihatan ada keterkaitannya. Pertanyaannya : apakah hal ini bisa diterima atau hanya kebetulan saja. Dan bolehkah kita mempercayai hal-hal seperti ini?

Terima kasih atas jawabannya.

Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jawaban

Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kita harus mendoakan para korban dan keluarganya agar tabah menjalani cobaan dari Allah. Kita juga harus mengambil banyak pelajaran dari musibah gempa di Padang dan Sumatera umumnya. Pasti ada banyak hikmah di balik peristiwa itu. Kita yakin bahwa tiap kejadian pasti tidak lepas dari qadha' dan qadar dari Allah SWT.

Tapi mengait-ngaitkan jam kejadian gempa dengan nomor dan ayat Quran, rasanya aneh. Saya memang berkali-kali menerima pertanyaan serupa, baik lewat SMS, email, atau pun pertanyaan langsung.

Jawaban singkatnya hal itu tidak benar dan tidak ada hubungannya. Hanya orang yang kurang wawasan dan pengetahuan dengan ilmu-ilmu Al-Quran yang mudah terjebak dengan otak-atik angka ayat dan surat di Quran.

Mengapa saya katakan demikian?

Sederhana saja, karena ternyata penomoran surat dan ayat di Al-Quran bukan ditetapkan langsung dari langit, alias bukan atas ketetapan dari Allah. Penomoran itu dilakukan oleh manusia, tentu para ulama Quran. Tetapi yang jelas kalau penomoran itu dilakukan manusia, maka nomor-nomor kode surat dan ayat itu buan termasuk wahyu dari Allah. Sebagaimana perbedaan penulisan teks Al-Quran di sekian banyak mushaf yang pasti berbeda jumlah halamannya. Jadi bukan firman Allah.

Lafadz Al-Quran itu memang dari Allah, tetapi penomoran surat dan ayat hanya buatan manusia, meski tetap berdasarkan petunjuk dari Rasulullah SAW. Tetapi penomoran itu tidak baku, sangat mungkin berbeda dan bervariasi.

Jadi sangat tidak relevan kalau dikaitkan dengan jam kejadian Gempa di Padang yang katanya terjadi jam 17.16. Kebetulan saja kalau kita buka Al-Quran pada surat yang ke-17 ayat ke-16, kita akan dapati terjemahannya sbb):

“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.”

Oleh mereka yang kurang paham, ayat yang bercerita tentang penghancuran suatu negeri ini ternyata dikait-kaitkan dengan gempa di Padang. Hanya lantaran nomor ayat dan suratnya cocok dengan jam kejadiannya, yaitu jam 17:16. Hmm, kok lucu ya? Kok bisa-bisanya nomor ayat dikait-kaitkan dengan jam kejadian gempa?

Kemudian, terjadi ladi gempa susulan di tempat yang sama. Konon katanya terjadi pada jam 17.58. Kalau kita buka surat ke-17, Al Israa’ ayat 58, kita akan menemukan terjemahanannya sbb :

“Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuz).”

Wah, kok kayak kebetulan ya, kok ngepas sekali ayat itu dengan jam kejadian gempa susulan? Kira-kira begitu kita diajak berpikir. Apalagi masih ditambah dengan info yang berikutnya :

Yang tambah bikin penasaran, esoknya terjadi gempa lain, kali ini di di Jambi. Konon kejadiannya pada pukul 8.52. Surat ke-8 itu adalah Surat Al Anfaa. Kalau kita buka ayat nomor 52, terjemahannya sbb :

“(Keadaan mereka) serupa dengan keadaan Fir’aun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan disebabkan dosa-dosanya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras siksaan-Nya.”

Tidak Nyambung


Jawaban saya tetap bahwa intinya hal itu tidak benar. Malahan sangat tidak benar Kenapa? Ada banyak ketidak-sesuaian dan ketidak-sambungan logika meski terasa sangat dipaksakan.

Bukti sederhana ketida-nyambungnya adalah ketika kita bandingakn dengan sejarah gempa lain di negeri kita. Ambillah contoh gempa di Yogya 27 Mei 2006 yang terjadi jam 05.55 pagi. Coba buka ayat Quran surat ke-5 (Al-Maidah) ayat 55, apa isinya?

إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللّهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُواْ الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).

Tidak nyambung kan? Tidak ada kaitannya dengan gempa-gempaan atau musibah atau hal-hal sejenis. Alih-alih bicara gempa, ayat di atas malah bicara tentang sistem kepemimpinan. Mana gempanya? 

Kita buktikan lagi dengan Gempa dan Tsunami di Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004. Dalam catatan kejadiannya tepat pada pukul 7:58. Coba buka surat ketujuh yaitu Al-A'raf ayat 58, apa isinya?

وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَالَّذِي خَبُثَ لاَ يَخْرُجُ إِلاَّ نَكِدًا كَذَلِكَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.

Sekali lagi, mana gempanya? Mana mushibahnya? Mana adzabnya? Nggak ada tuh. Ayat ini sama sekali tidak menyebut-nyebut gempa atau mushibah. Jadi memang tidak ada kaitannya.

Ada begitu banyak ketidak-sesuaian, ketidak-sambungan, dan juga pemaksaan atas sebuah logika yang tidak nyambung. Apalagi kalau kita mau telaah lebih dalam lagi, maka akan semakin tidak nyambung.

Coba kita lihat fakta-fakta berikut ini :

Pertama : Al-Quran Tidak Mengenal Penghitungan Jam

Sistem penghitungan waktu yang dikenal Al-Quran hanya penghitungan hari, bulan dan tahun. Misalnya :

  • Al-Quran menyebut hari Jumat (QS. Al-Jumuah : 9), hari Sabtu (QS. Al-Baqarah : 65)
  • Al-Quran menyebut nama bulan Ramadhan (QS. Al-Baqarah : 185).
  • Quran juga menyebut lama waktu dengan hitungan bulan, seperti pada penangguhan orang yang meng-ila' istrinya, yaitu selama 4 bulan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Baqarah : 226.
  • Juga masa 'iddah wanita yang ditinggal mati suaminya, yaitu selama 4 bulan 10 hari, sebgaimana disebutkan dalam Al-Baqarah : 234). Sedangkan yang sudah menopuse masanya adalah 3 bulan, seperti disebutkan dalam At-Thalaq ayat 4.
  • Demikian hukuman diyat salah satunya berpuasa 2 bulan berturut-turut sebagaimana disebutkan dalam Al-Nisa' ayat 92.
  • Menyusui dan menyapih bayi selama 30 bulan, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Ahqaf ayat 15.
  • Malam Qadar itu lebih baik dari 1.000 bulan (Qs. Al-Qadr : 3)
  • Al-Quran bercerita tentang orang yang ingin diberi umur 1.000 tahun (QS. Al-Baqarah : 96)
  • Masa penyusuan anak idealnya 2 tahun (QS. Al-Baqarah : 233)
  • Orang yang hampir meninggal berwasiat untuk memberi nafkah kepada istri untuk 1 tahun lamanya (QS. Al-Baqarah : 240)
  • Allah mematikan orang selama 100 tahun kemudian menghidupkannya (QS. Al-Baqarah : 259)
  • Allah menyesatkan orang yahudi sehingga berputar-putar kebingungan di muka bumi selama 40 tahun (QS. Al-Maidah : 26)
  • Nabi Yusuf menyarankan untuk bertanam selama 7 tahun karena akan datang masa paceklik selama 7 tahun (QS. Yusuf : 47-48)
  • Ashhabbul Kahfi ditidurkan selama 300 tahun plus 9 tahun (QS. AL-Kahfi : 25)
  • Usia Nabi Muh alaihissalam adalah 1.000 tahun kurang 50 tahun (QS. Al-Ankabut : 14)
  • Sehari di sisi Allah seperti 1.000 tahun dalam perhitungan kita (QS. As-Sajdah : 5)
  • Malaikat-malaikat dan Jibril naik  kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya 50.000 tahun. (QS. Al-Ma'arij :4)

Tapi tidak pernah sekali pun Al-Quran menyebut-nyebut ukuran waktu dengan format jam. Kenapa?

Mudah saya, karena sistem penghitungan waktu dengan jam yang kita gunakan saat ini, hanya buatan manusia. Berlakunya hanya berlaku di zaman kita ini saja.

Pada saat Al-Quran diturunkan 14 abad yang lalu, manusia belum mengenal pembagian waktu yang sehari 24 jam. Di satu sisi, Al-Quran adalah kitab yang abadi, sementara penggunaan sistem waktu dan jam akan selalu berubah. Bagaimana mungkin Al-Quran menyimpan pesan yang hanya dikhususkan untuk satu zaman saja?

Di masa mendatang boleh jadi kita akan meninggalkan sistem penghitugan jam yang sekarang ini dengan sitem yang lain. Kalau sehari sekarang ini kita hitung menjadi 24 jam, boleh jadi kapan-kapan kita buat menjadi 100 jam dengan ukuran sama yaitu sehari semalam.

Atau boleh jadi kita akan menggunakan sistem jam bintang (baca:stardate) seperti yang diperkenalkan dalam serial film StarTrek. Kalau pakai stardate, gempa di Padang yang jam 17:16 itu adalah -313252.8234398783. Masih minus karena stardate baru akan dimulai pada 1 Januari tahun 2323.

Lalu siapa yang menetapkan bahwa satu hari terdiri dari 24 jam, 1 jam terdiri dari 60 menit, dan 1 menit terdiri dari 60 detik? Yang pasti ketentuan itu tidak datang dari langit sebagai wahyu. Konon besaran itu diambil dari peradaban Babylonia yang mengenal sistem penghitungan sexagesimal yang berbasis angka (60). Sedangkan istilah `jam` konon sudah digunakan oleh peradaban Mesir kuno sebagai 1/24 dari mean matahari.

Yang jadi pertanyaan, apakah Al-Quran mengakui hitungan-hitungan itu lalu menyelipkan informasi di sela-sela nomor ayat? Kok jadi mirip film X-files?

Kedua : Jam Kita Adalah Jam Politis

Selain Al-Quran tidak mengenal penghitungan waktu dengan jam, pada dasarnya sistem jam yang kita gunakan ini bersifat politis. Gempa di Padang itu hanya dianggap terjadi pada jam 17:16 kalau menurut hitungan waktu Indonesia Bagian Barat. Karena Padang itu terdapat di wilayah NKRI.

Tapi seandainya -ini hanya seandainya- kota Padang itu bukan bagian dari Negara Indonesia, tentu gempa tidak terjadi pada jam 17:16, tetapi bisa saja malah jam 18:16 atau jam 16:16. Semua tergantung kebijakan pemerintahannya.

Kok gitu?

Ya memang begitu. Mari kita buat pengandaian. Seandainya kota Padang itu bagian dari Singapura, maka kejadian gempa itu pastinya bukan jam 17:16, tetapi jam 18:16. Sebab meski letaknya lebih di Barat dari Jakarta, tapi secara kebijakan Pemerintah Singapura menetapkan jam mereka lebih dulu dari Indonesia. Kalau Jakarta atau WIB itu GMT+7, ternyata Singapura malah GMT+8.

Padahal posisi Singapura lebih ke Barat dibandingkan Jakarta. Seharusnya Jakarta lebih dulu dari Singapura. Tapi sekali lagi karena ini hanya urusan politis dua negara yang beda pemerintahan, maka akhirnya Singapura yang lebih dekat ke kota Padang malah punya jam yang lebih dulu dari jam Jakarta.

Jadi angka 17:16 yang katanya merupakan surat ke-17 ayat ke-16, kalau dikait-kaitkan dengan jam kejadian gempa Padang, tentu 100% dusta, hanyalah ilusi, hayal, dan tidak tepat. Kenapa? Karena penetapan hitungan jam itu bersifat nisbi.

Salah satu bukti bahwa penetapan jam itu semata-mata politis adalah kalau kita berada di negeri sub-tropis. Setiap ganti musim baik dari musim panas ke musim dingin atau sebaliknya, pemerintah punya kebijakan untuk mengubah atau melompat jam secara massal. Yang tadinya jam 07.00 pagi, secara massal di bawah perintah penguasa, rakyat diminta mengubah jamnya jadi jam 08.00. Heboh kan?

Konon sejarah gonta-ganti jam ini belum lama. Awalnya dimulai pada saat krisis minyak pada tahun 1970-an. Waktu krisis minyak tersebut, harga minyak menjadi berlipat ganda dan minyak pun menjadi barang langka. Berhubung minyak diperlukan untuk seluruh industri dan berbagai keperluan sehari-hari lainnya, pemerintah Swiss (dan beberapa negara Eropa lainnya, kalau nggak salah) memutuskan memajukan satu jam.

Dengan cara itu berarti negara ini menghemat satu jam pemakaian minyak, lantaran satu jam dianggap hilang. Jadi kalau ditetapkan pada tanggal sekian waktu dimajukan satu jam pada jam 12 malam, pada waktu jam menunjukkan 24.00, semua jam dimajukan menjadi jam 01.00. Ini artinya waktu antara 24.00-01.00 tidak eksis alias hilang.

Tapi kemudian `hilang`-nya waktu ini pun diganti pada waktu pergantian jam di musim dingin, dengan diundurnya waktu selama satu jam. Artinya kalau tanggal X harus ganti waktu musim dingin pada jam 12 malam, sewaktu jam menunjukkan pukul 24.00, seluruh jam diundur menjadi 23.00. Artinya waktu 23.00-24.00 berulang dua kali, dua jam. Impas kan. Ribet ya?

Tapi intinya saya cuma mau bilang bahwa penghitungan jam itu sangat nisbi dan sangat politis. Tidak layak Al-Quran memberi informasi berdasark kebijakan politis sebuah pemerintahan.

Ketiga : Sistem Penomoran Ayat Quran Cuma Ijtihad Manusia

Lafadz Al-Quran memang dari Allah SWT yang sampai kepada kita sepanjang 14 abad dengan proses periwayatan yang mutawatir. Tetapi urusan penomoran ayat-ayatnya ternyata tidak merupakan ketetapan dari Allah SWT.

Karena itulah kita menemukan para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah total ayat Al-Quran. Ternyata jumlahnya yang konon 6.666 ayat itu malah tidak ada rujukannya. Cobalah iseng-iseng ambil kalkulator lalu jumlahkan semua ayat yang ada di 114 surat, hasilnya pasti bukan 6.666.

Lho kok?

Nah, biar mudahnya silahkan baca tulisan saya sebelumnya tentang perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang jumlah total ayat Al-quran, silahkan klik di link ini.

Perbedaan dalam menghitung jumlah ayat ini sama sekali tidak menodai Al-Quran. Kasusnya sama dengan perbedaan jumlah halaman mushaf dari berbagai versi percetakan. Ada mushfah yang tipis dan sedikit mengandung halaman, tapi juga ada mushfah yang tebal dan mengandung banyak halaman.

Yang membedakanya adalah ukuran font, jenis dan tata letak (lay out) halaman mushaf. Tidak ada ketetapan dari Nabi SAW bahwa Al-Quran itu harus dicetak dengan jumlah halaman tertentu.

Lalu apa kaitannya dengan tema yang kita sedang bahas?

Kaitannya adalah bahwa nomor ayat itu juga bersifat nisbi. Kalau angka jam digital menyebutkan 17:16, lalu dianggap itu merupakan kode isyarat nomor surat dan ayat di Al-Quran, maka nomor itu mau menggunakan versi yang mana?

Kalau pakai mushaf yang umumnya kita pakai memang barangkali ada kebetulannya untuk cocok, tetapi kita harus ingat bahwa ada berjuta jenis dan versi mushaf di dunia ini, dimana nomor surat dan ayat 17:16 belum tentu terkait dengan musibah gempa.

Keempat : Al-Quran Bukan Buku BMG

Al-Quran sejak awal diturunkan tidak pernah disebutkan mengandung informasi dunia teknologi. Apalagi hanya dikaitkan dengan nomor-nomor surat atau nomor-nomor ayat di dalamnya. Nomor-nomor itu 100% buatan manusia, sama sekali tidak datang dari Allah SWT. Jadi kalau dipercayai sebagai bagian dari wahyu, sungguh sebuah kekeliruan yang fatal.

Memang benar bahwa Al-Quran adalah kitab petunjuk, tetapi tentu saja bukan petunjuk yang terkait dengan hal-hal teknis. Kita tidak akan menemukan tatacara membangun gedung, membikin mobil, menangkap ikan, menanam padi di sawah, atau mengetahui kapan terjadi bencana alam. Jelas sekali Al-Quran tidak diturunkan untuk kebutuhan seperti itu.

Kalau Al-Quran diyakini sebagai buku referensi teknologi, berarti kita secara tidak langsung telah menuduh Nabi Muhammad SAW telah zalim atau tidak mengerti Al-Quran.

Kok gitu?

Ya, karena Nabi Muhammad SAW sebagai nabi yang sah ditugaskan untuk menjelaskan isi Al-Quran, bahkan disebutkan bahwa beliau adalah Al-Quran yang berjalan. Kalau di dalam Al-Quran itu ada info tentang kapan terjadi bencana alam, lalu Nabi SAW diam saja tidak bilang apa-apa, berarti Nabi SAW itu zalim, karena tidak memberikan peringatan dini. Itu kalau kita anggap Nabi SAW tahu semua isi Al-Quran.

Tapi kalau kita bilang bahwa Nabi SAW tidak tahu ada informasi seperti itu di dalam Al-Quran, maka kita juga telah menuduh yang salah kepada beliau. Masak ada info tentang gempa di dalam Al-Quran, Nabi SAW malah tidak tahu? Lalu buat apa jadi nabi? Nabi kok tidak tahu info dalam Al-Quran?

Lebih parah lagi, kenapa Allah SWT terkesan `menyembunyikan` info akan terjadi gempa di dalam Al-Quran? Apakah Al-Quran itu merupakan buku teka-teki? Apakah kita disuruh untuk bermain puzzle dengan nomor ayat Quran? Untuk itukah Quran diturunkan?

Betapa naifnya kalau memang begitu. Quran kitab yang agung itu ternyata tidak lebih hanya dijadikan buku teka-teki yang angka di dalamnya diotak-atik, mirip orang kecanduan judi buntut.

Astaghfirullahal-Adzhiem.

Jadi kesimpulannya, informasi bahwa ayat Al-Quran mengandung misteri terselubung yang berupa data-data akan terjadi gempa tidak lain hanyalah klenik abad 21 yang dimainkan oleh mereka yang bermental Bani Israil, karena tidak lebih dari sekedar asathir  (dongeng), levelnya sederajat dengan kisah-kisah israiliyat versi yahudi laknatullahi alaihim. Sayangnya, banyak juga yang terkecoh dengan ilusi model beginian.

Kepercayaan semacam itu sama sekali tidak memberikan nilai tambah apa pun buat Al-Quran. Malah sebaliknya, Quran jadi direndahkan selevel dengan kitab primbon atau mujarobat. Naudzu billah tsumma nauzdu billah.

Wallahu a'lam bishshawab, wasalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Ahmad Sarwat, Lc

47 comments:

  1. jazakallah khayr.. silahkan
    walhamdulillah :)

    ReplyDelete
  2. subhanallah...
    ini ustadz-nya ud kayak jargon majalah annida Gaul tapi Syar'i...
    hehe...



    izin kopas pak..

    ReplyDelete
  3. silahken copas, ane juga copas kok :)

    ReplyDelete
  4. Mantaf....
    Lebih banyak lagi penjelasannya

    izin copas
    ;)

    ReplyDelete
  5. akhirnyaaaaa!!!
    thx bro
    ada juga yang menjelaskan kekacauan sms itu

    ReplyDelete
  6. sy malah punya pandangan lain...
    klo ustadz lgsg mengatakan "NO" trhdp sms2 sejenis...klo saya hanya mngatakan "Wa Allahu A'lam", krena bisa jadi itu benar ada keterkaitan atw bs juga tdk ada kaitan...ga pasti, jd wa Allahu A'lam... Saya cuma bs berintrospeksi saja trhdp isi ayat tsb... Klo kebetulan? Sesungguhnya tdk ada yg kebetulan, krena smuanya telah Diatur ALLAH...

    Trus, ttg penomoran ayat, setau saya malah pengurutannya itu Allah sendiri yg Melakukan, bukan malaikat apalagi Rasulullah... Wa Allahu A'lam...

    D dalam Quran itu ada ayat2 yg muhkamat dan mutasyabih.... Yg kasus ini trmasuk yg mutasyabih, cukup wa Allahu A'lam aja, ga perlu dibahas2 utk menyelidiki benar-tidaknya...cukup utk instrospkesi saja, itu jauh lebih baik... Sikap "menolak tegas" juga mnurut saya terlalu berlebihan, toh qt tdk tau banyak ttg yg mutasyabbih.... wa Allahu A'lam...

    ReplyDelete
  7. Makasih copasnya Pak Muqorrobin,
    Jadi lega, soalnya sejak terima sms hati saya merasa ada sesuatu yang dipaksakan dengan jam dan nomor ayat-ayat alquran tersebut...
    Gimana gitu...
    Alhamdulillah Ustad Sarwat telah membahasnya panjang lebar...Jazakallah...

    ReplyDelete
  8. lalu bgmana dgn slh 1 ayat yg menyebutkan ttg pemuda Kahfi yg "tertidur" di dalam gua selama "300 tahun atw lebih 9 tahun" (ini bahasa al Quran). Jadi, 300 tahun itu trnyata klo pake itungan Syamsiyyah/Masehi, dan 309 tahun klo pake itungan Qomariyyah. ada lho itung2an waktu kyk gini di Quran...

    trus juga pernah ada temen saya yg kuliah matematika di UI, pernah mnghitung2 surah Ma'arij : 4 dan Sajdah : 5, hasilnya ketemu rumus kecepatan cahaya...

    jd, pndangan pribadi saya, utk mngetahui isi kandungan al Quran, slain hrus dgn kajian nahwu sharaf balaghah dan tafsir yg mu'tabar, juga bisa dgn pndekatan yg komprehensif,,,dgn iptek, dst. Ini utk yg muhkamat.... klo gy mutasyabbih, skali lg, cukup wa Allahu A'lam aja, jgn menjustifikasi ini benar itu salah, klo yky gitu terkesan qt tau semua itu, pdhl hanya Allah Yg Maha Tahu soal itu... Ingat ktika ada prtanyaan ttg roh? cuma dijawab dgn Wal Uutitum minal 'ilmi illa qoliilaa.

    wa Allahu A'lam 1000x...

    ReplyDelete
  9. kata-kata ini memerlukan dalil, mas aulia...

    ReplyDelete
  10. utk yg copas2 : saya khawatir jd smakin byk yg 'menjustifikasi ini benar itu salah" padahal itu blm jelas kebenarannya... dan ini sikap yg berlebihan mnurut saya... lebih baik ambil saja sbg bahan introspeksi..... Hanya Allah yg Maha Tahu... Jangan sampe kita scara tanpa sadar bersikap LEBIH TAHU DARI ALLAH... Na'udzubillahi mindzalik...

    ReplyDelete
  11. @ mas aulia: antum tidak mempermasalahkan yg kopas sms/email yg mengaitkan no.quran dg kejadian gempa, tp antum mempermasalahkan (khawatir) thd penyebaran penjelasan ust. Ahmad Sarwat... kykny kurang adil, mas.. :)

    ReplyDelete
  12. jika yang membantah dianggap "lebih tahu daripada Allah", bagaimana yang mengait-ngaitkan nomor ayat dg gempa sumbar?
    ^_^

    ReplyDelete
  13. saya ada bukunya ttg al Quran... penulisnya ust A. Zulfikar Akaha, penerbit Pustaka al Kautsar... di situ bliao jelaskan, bahkan beliao membantah ttg pemikiran liberal yg mngatakan bahwa penomoran al Quran itu dilakukan oleh manusia (rasulullah atw Utsman),padahal jelas2 itu Allah yg Mengurutkan dgn cara mentalaqqi-kannya ke Rasulullah lewat Jibril.... Saya dah buat tulisan ini bbrapa wktu yg lalu... Silakan aja baca di blog saya, tulisan yg judulnya MUSHAF AL QURAN DIMUSNAHKAN OLEH 'UTSMAN???

    ReplyDelete
  14. ustadz Sarwat juga sbetulnya tdk mnggunakan dalil naqli, ygbliao pake juga dalil aqli,pdhl ini khan perkara mutasyabbih, jd ngawur klo pake aqli (terlihat juga penjelasan logis ustadz Sarwat terkesan dipaksakan.... padahal cukup bilangsaja Wa Allahu A'lam...hehe 'af1 ustadz....)

    ReplyDelete
  15. btw, sumber yg saya dapat mengatakan bahwa ada perbedaan penomoran alquran di antara para ulama. ini menguatkan pendapat ust. Ahmad Sarwat di atas.

    Ini disebutkan dalam salah satu buku yg disusun oleh ustadz Jam’ah Amin ‘Abdul ‘Aziz

    ReplyDelete
  16. sudah ana lihat, ana juga punya sumber yg kuat tentang perbedaan di kalangan ulama ttg penomoran surat. klo penomoran berbeda, maka sangat mungkin yg sebelumnya 17.18, menjadi 17.19 atau 17.16..

    btw, gimana klo antum telpon ust. Ahmad Sarwat.. no.nya bisa dilihat di ust.sarwat.com...

    kembali ke pertanyaan ana, klo antum menyebut tulisan di atas menggambarkan "lebih tau daripada Allah", bagaimana dg tulisan yg mengaitkan nomor2 ayat dg wakut gempa?

    ReplyDelete
  17. hehe..saya bukan mengaitkan krena saya sendiri tdk yakin itu terkait atw tidak, saya cuma bersikap Wa Allahu A'lam saja....

    klo soal sms yg menyebar, biarkan saja,orang yg ga pernah baca Quran khan jadi baca Quran tuh, smoga aja byk yg taubat... asal jgn smpe menganggap Quran itu sperti kitab primbon atw mujarabat...na'udzubillahi mindzaalik...

    ReplyDelete
  18. saya blm pernah liat tulisan yg mengait2kan hal tsb... mau donk kloada link-nya... kali aja ustadz sarwat bikin tulisan ini utk menanggapi tulisan tsb...

    ReplyDelete
  19. cari aja di google.. ketemu kali..
    setahu saya ust. Ahmad Sarwat memang menjawab pertanyaan seputar hal tsb (terlihat di pertanyaan).

    ReplyDelete
  20. sudah ta' hubgi ustadz sarwatnya...hehe

    ReplyDelete
  21. Terima kasih atas pencerahannya...
    Jadi lebih mengerti

    ReplyDelete
  22. ana termasuk yg dpt SMS itu dari nomor 0813 1433 2626

    ReplyDelete
  23. Saya lebih setuju dgn pendapat Mas Aulia. Yaitu, waallahu a'lam, dan SMS yang beredar tidak perlu dicounter. Kenapa tidak perlu dicounter? Karena, boleh jadi, sah-sah saja, Allah mengingatkan kejadian2 musibah (gempa) sebelumnya dengan/ pada insiden gempa Padang kali ini. Dan, penafsirannya juga tidak salah.... dan sangat mungkin untuk menjadi introspeksi yang masih hidup. Adapun usaha (SMS) untuk counter hanya akan menambah/menjadikan keraguan akan makna/hikmah musibah yang begitu dalam, yang sudah ditemukan. Lalu, mau dibawa kemana keimanan kita terhadap musibah2 tersebut? Waallahu a'lam bish-shawab.

    ReplyDelete
  24. saya setuju dengan mas aulia..semuanya Wa Allahu A'lam Bis showab..

    ReplyDelete
  25. setuju mas aulia.semua Wa Allahu A'lam Bis showab..

    ReplyDelete
  26. Sungguh aneh...

    counter dianggap tidak perlu, lalu apakah sms2 ttg nomor itu dianggap perlu?

    bagi yang pernah belajar ulumul-quran, sering membaca/mengikuti kajian tafsir, selayaknya merasa konyol dg mengait-ngaitkan nomor ayat dg waktu kejadian gempa.

    mengapa keimanan harus dg mengaitkan nomor ayat dg waktu gempa?

    perhatikanlah baik2, yg dipermasalah ust. Ahmad Sarwat adalah mengaitkan nomor ayat dg waktu gempa..
    adapun musibah, dibahas dibanyak tempat dalam al-Quran, dan para ulama juga telah membahas dg sangat baik bagaimana seorang muslim dalam menghadapi musibah

    mengapa kita lebih suka pada hal2 yg mirip dg klenik, nomor ajaib seperti itu?
    darimanakah kita membangun keimanan kita? dari hal2 ajaib seperti itukah?

    padahal setiap hari kita berada dalam naungan keajaibanNya?
    jantung kita bisa berdetak sendiri adalah ajaib, udara begitu mudah kita hirup adalah ajaib, dan masih banyak sekali keajaiban yang lain..

    lalu mengapa kita perlu membangun keajaiban dari mengaitkan nomor2 ayat dg waktu kejadian suatu musibah?

    wallahul-musta'an
    dan Allah-lah tempat memohon pertolongan.

    ReplyDelete
  27. maksudnya sudah apa nih? apa tanggapan beliau dari sanggahan mas aulia?

    ReplyDelete
  28. nomor2 ayat itu hanya sekadar 'pas' untuk dikaji. Titik. Tidak ada unsur2 klenik. Kalau pas penafsirannya, kenapa hrs dicounter lagi. Kalau nggak mau dikait2kan jg nggak apa. Tapi kalau orang menyuruh melihat normor2 ayat yang kebetulan pas dengan jam kejadian, kenapa diribut2kan. Tidak usah ditambah2i klenik lg, yang bikin orang risi, gitu.

    ReplyDelete
  29. Ayat-ayat musibah ada banyak di alquran, dan pas untuk dikaji. Titik. Tidak perlu pake unsur-unsur jam waktu kejadian. Kalau ada ustadz ingin menolak pengkaitan nomor2 ayat dengan waktu kejadian musibah, kenapa diribut2kan. Membahas ayat musibah tidak usah ditambah2i keterkaitan dengan waktu kejadian lg, yg bikin orang risi, gitu.
    ^_^

    ReplyDelete
  30. Katanya, jantung kita bisa berdetak sendiri adalah ajaib.
    udara begitu mudah kita hirup adalah ajaib.
    dan masih banyak sekali keajaiban yang lain.
    'Keajaiban' waktu gempa utk menunjukkan ayat Qur'an mengenai hikmah musibah mengapa ditolak? Konsisten nggak?

    Silakan saja menolak, tapi pakailah bahasa yang sopan/halus, mas. Mohon tidak memakai istilah klenik kepada sesama muslim. Itu kan sudah menuduh kan, mas. Sakit kan, kalau dituduh demikian. Padahal itu kan sekadar kebetulan, kalau memang tidak mau ditkatakan keajaiban. Bisa saja hal itu untuk mengundang perhatian manusia agar kembali kepada al-Qur'an. Tidak sedikit lho, yang merasakan ini.

    Kalau hendak mengkaunter perihal ini juga boleh2 deh, tapi jagan sampai menghabiskan energi ya. Energi Mas masih banyak dibutuhkan untuk membangkitkan umat Islam dari keterpurukannya.

    Kebenaran kadang memang terasa pahit, tapi tidak setiap kebenaran harus disampaikan dengan bahasa pahit. Slow-lah. Santailah. Dan halus dikitlah jadi muslim, biar kita bisa enjoy kalau berteman. Kalau memang bisa disampaikan dengan bahasa bersahabat, kenapa tidak?
    Kebetulan saya lagi belajar menulis nih, jadi setiap kata senantiasa aku resapi hehehehe ..... baca buku saya ya! Salam.

    ReplyDelete
  31. mbak iza, iklan buku nih.. :)

    klo ada orang risih dg kata "klenik", maka saya juga risih dengan pengaitan nomor2 seperti itu dengan al-Quran. Latar belakang pendidikan, buku2 yang dibaca, kajian2 yg diikuti, lingkungan, dll sangat mungkin mempengaruhi sikap kita.

    jadi klo mau dikatakan biasa-biasa saja thd orang yg mengkaunter, ya biasa-biasa jugalah dalam mengkritisi orang yang mengkaunter :)

    tentang beda antara keajaiban jantung dan keajaiban nomor saya rasa sudah jelas...
    saya merasa sangat konsisten dalam hal ini, cuma jadi panjang lebar lagi klo saya jelaskan di sini..

    masalah bahasa adalah masalah yang subjektif...
    ini juga bakalan panjang lebar lagi klo dibahas di sini

    sebenarnya saya garuk2 kepala disangka ga slow, ga santai, ga halus... :)
    begitulah bahasa tulisan tidak selalu bisa mencerminkan kondisi sebenarnya.

    buat mbak iza juga, kalau hendak mengkaunter pendapat ust.Ahmad Sarwat silahkan2 saja deh, tapi jangan sampai menghabiskan energi ya. Energi mbak masih banyak dibutuhkan untuk membangkitkan umat islam dari keterpurukannya.

    saya juga penulis.. baca blog saya yah

    Salam slow, santai, dan halus
    ^_^

    ReplyDelete
  32. salam kenal.

    barangkali harus dipertegas apa beda korelasi dan kausalitas. kalo memang gempa itu terjadi pada jam 17.56, maka itu adalah fakta dan fakta lainnya surat 17:56 berbicara tentang kehancuran. Ada korelasi pada kedua fakta tersebut. Namun benarkah ada hubungan kausalitas antara keduanya? Entah. Namun saya juga tidak setuju penomoran Al-quran digunakan untuk meramal bencana di masa depan.

    Akan tetapi saya setuju jika penomoran itu dipakai untuk sarana kontemplasi karena justru itu keajaiban Al-Quran dimana semua ayat dari ayat pertama sampai terakhir bisa mencerahkan semua situasi yang kita hadapi saat ini. Jadi untuk menyikapi gempa padang, kita bisa memakai semua ayat tidak hanya 17.56.

    Semoga komen saya tidak makin memperkeruh suasana di sini :p

    ReplyDelete
  33. Menurut saya, pendapat ustadznya sndiri maksain....
    Tidak boleh kita secara mutlak mengatakan "tidak" atau "ya" dalam masalah ini, karena sebuah ayat Al Quran bisa menjadi "hidayah" bagi seseoarang dan mungkin terasa "biasa" bagi orang yg lain.
    Ada 3 pendapat tentang penentuan nomor & ayat surat Al Quran, yg pertama wahyu, kedua ijtihad, dan yang ketiga campuran (wahyu dan ijtihad). Tapi dari beberapa ulasan hadist dlm crita2 itu, nampak jelas bahwa penentuan nomor & ayat2 surat al qur'an disebutkan sndiri oleh Rasulullah (bukan sahabat), dan kita tau bahwa apa yg dilakukan oleh rasul adalah bukan atas kehendaknya sndiri, melainkan wahyu dari Allah. Tidak ada salahnya kita mengakui kehebatan mukzizat AL Quran yang mampu meramalkan kejadian yang terjadi saat ini, walaupun Al Quran sendiri diturunkan 14 abad yang lalu. Bukan untuk menyamakannya dengan kitab primbon, tapi untuk mengakui bahwa ilmu Allah itu luas, dan kita semakin yakin akan kebenaran kitab Al Quran, tidak ada 1 hal pun terjadi di dunia ini adalah kebetulan, melainkan telah tertulis dalam Lauh Mahfudz. Kita tidak mencari2 ramalan dalam Al Quran kemudian menunggu hari/peristiwa itu terjadi, melainkan kita menyadarinya setelah semuanya terjadi. Kehancuran bangsa Roma pun, tertulis dalam Al Quran. Ramalan bahwa bani Israil (bangsa Israel) akan membuat kerusakan di atas bumi 2 kali, pun tertulis dalam Al Quran (pertama: zaman nabi musa, kedua: zaman ini). Kalo peristiwa gempa ini kebetulan, lalu bagaimana dengan tragedi pemboman WTC 11 september yang ternyata "secara kebetulan juga", disebutkan dalam Al Quran jus 11, surat ke-9 ayat 109 & 110 (jumlah tingkat bangunan WTC), yang menceritakan orang2 kafir yang mendirikan bangunannya dengan dasar kesombongan, lalu bangunan itu roboh bersama2 mereka. Menurut cerita, banyak orang2 kafir di amerika, setelah mengetahui cerita tentang kecocokan tanggal tragedi itu dengan ayat Al Quran, menjadi masuk islam. Memang benar bahwa jam, hari, tanggal, dst adalah nisbi (relatif), tapi semua kenisbian itu bukanlah kebetulan, melainkan ketetapan Allah juga yg tidak bisa diubah.

    ReplyDelete
  34. silahkan baca di sini mas...
    http://muqorrobin.multiply.com/journal/item/40

    klo kasus itu lebih parah lagi, karena nomor2nya tidak sesuai fakta di lapangan :)

    ReplyDelete
  35. tadi pagi inget hadis ini.... ^_^
    "Barangsiapa menafsirkan al-Quran dengan akalnya, maka dia dianggap salah, meskipun penafsirannya benar."
    (HR. Abu Dawud dan at-Tirmidzi)

    ReplyDelete
  36. sy pernah dengar hadits ini... tp ga tau derajat haditsnya (mgkn bisa dijelaskan?)... asbabul wurudnya juga sperti apa? lalu juga bgaimana pnjelasan hadits tsb...? sperti apa batasannya...?

    ReplyDelete
  37. silahkan ke postingan terbaru saya.. :)

    ReplyDelete