Sunday, 29 April 2007
Tukang Sampah dan Bukan Tukang Sampah (Kita?)
Ada sedikit oleh-oleh ketika mengikuti Farewell Lecture bbrp waktu lalu, dr seorang mahasiswa yg baru saja menyelesaikan studi Doktornya di Jepang.
Ia menceritakan kisah tukang sampah, yang pada suatu hari tidak datang tuk mengambil sampah-sampah di suatu kampung (atau RT atau RW atau apalah :)
Sehari si tukang sampah tidak datang. Lalu hari berikutnya pun tdk datang. Hingga hari ketiga, dan mulailah sampah2 di kampung itu bertumpuk dan menyebarkan bau tak sedap....
Hingga orang-orang bertanya,"Di mana tukang sampah?"
Akhirnya diketahui si tukang sampah sdg sakit karena kecelakaan....
Dari kisah ini, sang Doktor memberikan hikmah, betapa seorang tukang sampah begitu dicari-cari orang. Baru tiga hari tidak muncul, sudah membuat resah. Dan sangat diharapkan kedatangannya.
Nah, bagaimana dengan kita? Bisa saja kita seorang Doktor, atau Master, atau Sarjana, atau Manajer, tapi karena begitu sedikitnya manfaat yg kita berikan, sepekan tidak muncul pun jangan2 g ada yg mencari. Jangan2 kita masih kalah diharapkan, dari seorang tukang sampah yg manfaatnya begitu nyata di masyarakat. 3 hari g muncul, bau g sedap di mana2. Seperti cerita2 superhero, yg ketika si superhero pensiun, maka kejahatan merajalela. :)
Saya jadi ingat salah satu nasehat Emha Ainun Najib ttg jenis2 manusia.
Ada manusia wajib, yang keberadaannya memberikan manfaaat yg sgt besar. Sehingga bila ia tidak hadir, masyarakat resah, tidak nyaman.
Ada manusia sunnah, yang keberadaannya memberikan manfaat, namun bila ia tidak ada masyarakat tidak sampai resan ataupun merasa tak nyaman.
Ada manusia mubah, yang ada atau tidaknya tidak memberikan efek apapun thd masyarakat.
Ada manusia makruh, yang keberadaanya tidak memberi manfaaat, namun ketidakberadaannya lebih membuat masyarakat nyaman.
Ada manusia haram, yang keberadaannya justru menebar mudharat (kerusakan) di masyarakat, dan ketidakberadaannya sangat diharapkan.
Nah, manusia apakah kita?
Labels:
renungan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
jadi ingat pak tukang sampah di komplek asrama perawat dulu. beliau2 pekerjaan aslinya jadi satpam, padahal.
ReplyDeletesemoga kita jadi manusia2 wajib di akan datang,ya,akhi.
semoga bisa kayak gini,,apapun profesinya hehhe amiiin
ReplyDeleteamiin..
ReplyDeleteamiin...
ReplyDelete