Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan beberapa sifat yang harus
dimiliki oleh seorang da'i yang mengajak kepada perbuatan ma'ruf dan
melarang orang lain berbuat mungkar, di antaranya :
"...Yang dimaksud dengan niat terpuji yang diterima di sisi Allah dan
mendapatkan ganjaranNya adalah hendaknya amalan tersebut ditujukan
untuk mencari ridha Allah dan yang dimaksud dengan amal terpuji yang
merupakan amal saleh adalah amal yang diperintahkan, dan apabila
demikian adanya maka orang yang melakukan amar ma'ruf nahi munkar wajib
menerapkan pada dirinya sendiri dua syarat tadi, dan tidaklah disebut
amal saleh apabila tidak berdasarkan ilmu dan pemahaman ...."
Kemudian beliau berkata pula :
"...maka orang yang menjalankan amar ma'ruf nahi munkar haruslah
memiliki ilmu tentang hal yang ma'ruf dan yang mungkar dan dapat
membedakan antara keduanya dan harus memiliki ilmu tentang keadaan
orang yang diperintah dan yang dilarang.
Dan yang dimaksudkan dengan ilmu adalah apa-apa yang dibawa oleh
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dari apa-apa yang Allah utuskan
kepadanya dan dia adalah As Sulthan sebagaimana Allah berfirman :
"Yaitu orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka." [Ghafir : 35]
Barangsiapa yang berbicara tentang dien Islam ini bukan dengan apa yang
telah Allah utuskan kepada RasulNya, maka ia berbicara tanpa ilmu, dan
barangsiapa yang dikuasai oleh syetan maka syetan pasti menyesatkannya
dan menuntunnya menuju adzab jahannam yang menyala- nyala. Dan
barangsiapa yang tunduk kepada dienullah maka ia telah beribadah kepada
Allah dengan keyakinan."
[Majmu'Fatawa, juz 28 hal. 39. Dinukil dari buku Dhowabit All-Amri
bil ma'rufi wan nahyi 'anil mungkari inda Syaikhil Islam Ibni Taimiyyah]
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1893&bagian=0
terima kasih sudah diingatkan..
ReplyDeletesama-sama mas Syamsul.. :)
ReplyDeleteTFS ya Bang
ReplyDeleteu r welkam , bro
ReplyDeletebtw, kok jadi ane yg dipanggil "bang", yah...?!
kykny lebih muda nih ^_^;
Kalo di Malaysia...tua muda, asalkan laki-laki, lebih sopan di panggal Bang....he he he...sukses ya di Jepun...kalo ada info scholarship PhD econ di Jepun saya infokan ya....Jz
ReplyDeleteoooo....
ReplyDeletenambah ilmu ttg kebudayaah malaysia nih, Bang.. :-)
klo ada info beasiswa master econ di malaysia, bagi2 ya.. hehehe
kalo dari jpun....siapkan dana 350.000 yen saja sudah bisa selesai master di iium akh....jadi nabunglah yang banyak...mumpung masih di sana....scholarship hanya ada saat antum sudah mulai kuliah di sini...
ReplyDeletesyukran atas infonya, akhi..
ReplyDeletemaaf menyampuk tapi kalau menggunakan Encik/Cik lagi sesuai bagi yang x dikenali so dato omoiimasu..indonesia nara nanno kotoba tsukatte ii??
ReplyDeletearigatou, farhan.
ReplyDeletetapi saya dan bang Abduh sudah saling mengenal, sehingga kami gunakan "bang".
kalau di indonesia, banyak yang memakai "mas", atau "bang", atau "bung" untuk laki-laki, dan "mbak"untuk perempuan. tapi kalau di daerah-daerah mungkin berbeda lagi.
oh saya sudah salah sangka..kalau kak itu untk laki-laki dan permpuan juga kah?banyak yang panggil saya kak di multiply..
ReplyDelete"kak" itu bisa laki2 maupun perempuan. walaupun seringnya untuk perempuan.
ReplyDeleteoohh..saya ngerti..rikkai wa dekimasu..
ReplyDelete