Tidak bisa dipungkiri, terkadang kebiasaan membuat kita tidak lagi merasakan perbuatan kita. Budaya sering membuat kita terlena dari makna sebenarnya dari suatu perbuatan. Kekurangpahaman kita akan makna sesuatu terkadang mejadikan kita membuat paradigma tersendiri ttg sesuatu itu.
Kebiasaan kita berdzikir dg "subhanallah", "alhamdulillah", dll, terkadang membuat kita tidak lagi menghayati dzikir mulia tersebut. Budaya keislaman yg membuat kita mengucap "subhanallah" ketika melihat sesuatu yg indah, "alhamdulillah" ketika berterimakasih, dsb seakan-akan menjadikan makna "subhanallah" sebatas "keren" atau "cantik", dan "alhamdulillah" sebatas "terimakasih". Kekurangpahaman kita atas makna ke"maha"an yg terkandung dalam "subhanallah" atau "alhamdulillah" membuat kita memiliki paradigma perlunya menambah kata "banget" di belakangnya.
Jadi, klo yg keluar dari mulut kita adalah "subhanallah banget", mungkin maknanya "cantik banget". Klo yg terucap adalah "alhamdulillah banget", mungkin maknanya "terimakasih banget". Jika demikian kondisi kita, maka sangat disayangkan krn bisa jadi sangat mngurangi kesempurnaan dzikir2 kita.
Perlu diketahui bhw, dzikir adalah suatu amalan yg mengandung 2 perbuatan, "mengingat", dan "mengucap". Demikian ucap seorang ustadz ktk sdg menjelaskan dzikir sbg salah satu benteng amarah (benteng amarah yg lain lihat http://muqorrobin.multiply.com/journal/item/60/Kiat_Menahan_Amarah ). Imam an-Nawawi juga menyebutkan dlm kitab adz-Dzikra-nya bhw kesempurnaan berdzikir adalah dengan hati dan lisan. Jadi, jgn sampai kita merasa sdh bnyk bdzikirnya, tapi nanti ringan timbangannya. Atau jangan2 sejak awal tdk ada pengharapan pahala dalam dzikir2 kita itu? Cape de ^_^;
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hambaNya yang memahami dan memaknai dengan benar dzikir-dzikir kepadaNya, dan menghayati apa-apa yang terucap dari lisan dalam ibadah kepadaNya.
Astaghfirullahal 'adzim..
ReplyDeletebenar sekali mas...
TFS ya...udah diingatkan...
Sasuga :-). Ada lagi tuh akh syaikhul, kadang-kadang orang bilang, mohon doanya ya. Terus yang dibilangin, amin, didoain. [selesai]. Selanjutnya belum tentu yang jawab begitu betul-betulan berdoa sama Al-Khaliq, diseriusin begitu, abis salat malam, misalnya. Iya, mudah sekali orang bereaksi ikut-ikutan tanpa memikirkan esensi ucapan/tindakannya.
ReplyDeleteSama juga pemakaian "Insya Allah". Kadang-kadang kok keterlaluan, misalnya saja, Insya Allah besok hari Rabu. Insya Allah alamat ana ini... Terus pernah juga ada yang protes ke saya karena ditanyain, sehat? Terus saya jawab, iya, sehat. Loh, mana alhamdulillahnya, Mbak? Lah, itu kan gak perlu keras-keras ucapinnya, syukurnya kan sama Allah, yang Maha Tahu lagi Maha Mendengar. :-)
sama-sama, mbak indah.
ReplyDeletemohon ijin link mas syaikhul...
ReplyDeletemakasih...
Kalau yang ini bukan keterlaluan saya rasa. Karena segala sesuatu yang pasti itu tidak ada kecuali dengan kehendak Allah. Sehingga jika kita merasa yakin thd sesuatu atau akan melakukan sesuatu, sebaiknya memang memakai kalimat "InsyaAllah" di awalnya.
ReplyDelete*cmiiw*
Betul, mbak Nes. Tapi terkadang repot juga kalau sering dimintai doa. Saya pribadi seringnya langsung doain di tempat, "semoga Allah memudahkan urusan antum", misalnya. Soalnya kalau cuma diiyain takut lupa.
ReplyDeleteTentang insya Allah, memang ini termasuk yang paling parah. Apalagi kalau sudah janji pakai insya Allah, imej orang indonesia sudah lebih pada pembatalan janji kata yang sebenarnya mulia itu. :(
silahkan mbak indah..
ReplyDeletePenggunaannya yg kurang tepat ,mbak Vi. Kalau besok sudah jelas hari rabu, ya tidak perlu pakai insya Allah. Kalau ini sudah jelas alamat ana, maka tidak perlu insya Allah.
ReplyDeleteMungkin mbak Vi menganggap kasusnya seperti ini;
"Kapan acaranya , akhi?" , "Insya Allah besok hari rabu"
"Antum jadinya pindah ke mana". "Insya Allah ini alamat ana (yang baru).
^_^;
yang similar: gue bangeettss.. :)
ReplyDeleteJakalllah .......
ReplyDeletealhamdulillah......belum pernah pake ucapan2 kayak gitu.....
insyallah .,...akan lebih hati2 lagi dalam niat dan lafadz mengucapkan alhamdulillah dan subhanallah......
^_^
ini tulisan akhi bangetz
klo itu sih gpp... cuma narsisnya aja kali yg perlu diperbaiki :)
ReplyDeletewaiyyaaka, akhi...
ReplyDeleteemang ini ane bangetz? ah, antum kyk udah kenal ane bangetz aja :)
Dari kebiasaan bisa menjadi salah makna ya mas.
ReplyDeleteyups..
ReplyDeleteagar dari kebiasaan tdk menjadi salah makna, mari maknai kebiasaan kita dg benar ^_^
barakallaahu fiik...
ReplyDeletesalam kenal mas, makasih dah diingatkan tau dari mba indah nih
ReplyDeleteterimakasih bangeet, Pak ^_^
ReplyDeleteiya betul... moga banyak yang jadi sadar dan menghayati saat memuji Allah..
ReplyDeletemakasih udah diingetin
ReplyDeletesubhanallah...bagus banget tulisannya.
ReplyDeletejazakallah...makasih banget dah diingetin ya :)
Jazakumulloh khoiron katsiron.
ReplyDeletejika nanti ana terlupa menggunakan kata2 itu dalam SMS atau tulisan di MP ana, tegur saja Akh.
Langsung ke no ana ya: 0852 1903 6775
Alhamdulillah...
ReplyDeleteterima kasih ilmunya... Jazzakallah
pak mohon banyak2 tulis blog semakin banyak blog semakin banyak ilmu arigatou
ReplyDeletewa fiika barakallaahu.. :)
ReplyDeletesalam kenal juga, mas irwan...
ReplyDeletesama-sama, Kang Dani :)
ReplyDeleteyups... :)
ReplyDeletesama-sama.. :)
ReplyDeletewalhamdulillaah, akhi.
ReplyDeletewaiyaaka :)
waiyyaakum, akhi
ReplyDeletesemoga kita bisa saling mengingatkan :)
waiyyaaka, mas abu ..
ReplyDeleteinsya Allah, mas supri. semoga Allah memudahkan.
ReplyDeletedou itashimaste.
al hamdu lillsh ...dapat ilmu lagi .
ReplyDeletearigatou ustad
dou itashimaste, mas cah :)
ReplyDeleteThanks for the great sharing, Akhi.
ReplyDeleteMalah ada yang bilang, "Dan alhamdulillah-nya lagi... saya juga dapat bonus tambahan...".
Kok 'alhamdulillah-nya lagi' sih ? Hehehe...
tenkyu abis pak udah diingetin..
ReplyDeleteuntung ga ada yang make "subhanallah abis" ya..
you are very welcome, ukhti...
ReplyDeletesepertinya orang kita memang sukan variasi.. :)
sama2, mbak
ReplyDeleteklo pake "abis", abis dong ntar.. :)
Jazakallah akh
ReplyDeletewaiyyaaki, ukht...
ReplyDeletekarena saya terkategori "kurang pintar", maka review:
ReplyDeleteso that kalau katakan "Alhamdulillah banget" itu boleh/tidak??
thanks (if you dont mind, please reply via PM).
klo ditanya boleh atau tidak, jawabannya boleh.
ReplyDeletetp yg menjadi masalah adalah berpahala atau tidak, atau sempurna atau tidak dzikirnya. ini juga kembali ke pemaknaan kita thdp "alhamdulillah" tsb.
wallahu a`lam
Wah, religius banget pmbahasannya, emang harus gitu seharusnya para blogger muslim. Jadinya tidak buang2 waktu xia2 lama2 di depan monitor.
ReplyDeleteMenurut yang saya tahu dari para guru2 dan buku2 katanya berdzikir memang harus di hati n lisan karena itulah dzikir yang menenangkan hati (ingat ayat alaa bi dzikrillah tathmainnul quluub). Dalam kasus subhanallah banget, mungkin saja orang tersebut menggunakan dua kata seru sekaligus dalam kamus bhs indonesia untuk mengungkapkan rasa takjubnya. Kita tdk boleh suudzon pd org itu sbg org yg tdk meresapi subhanallah yg ia ucapkan. Bs jdi ia sgt meresapinya. Namun karena penggunaan bgt dlm bhs indo jg sbg mubalaghoh maka ia ingin menggabungkan dua kata dari 2 kbdayaan brbeda dlm satu ketakjubannya. Maaf agak menggurui.. 1x lagi maaf jk ada yg tersinggung.
Pelajar biasa
Mamad
Contoh lain asimilasi budaya arab-indo yg kita tdk boleh suudzon bhwa pelakunya kurang menghayati kata yg ia ucapkan, adalah "ya Allah gusti pengeran" yg sering diucapkan oleh org jawa. Kata pengeran sbnarnya sbg penegasan saja karena Allah itu artinya juga pngeran. Bgtu juga kata subhanallah artinya mahasuci jk dtambah kata banget berarti mahasuci banget. Sang pengucap hanya ingin mubalaghoh dlm memuji. Hal ini ada 2 kmungkinan. 1st ia tdk tahu kalo artinya sdh mengandung mubalaghoh luar biasa tanpa kata banget, mk maklum (mrka hrs brtrimakasih atas pnjelasan anda diatas). 2nd ia tahu tp krna spontanitas dan trbawa kbdayaan indonesia dg kt banget sbg lambang takjub mk ia memakainya (mrka jg hrs brtrimakash tlah diingtkan stlah smpat lupa gara2 asimilasi budaya). Bgaimanapun juga trimakasih tlah mengingatkan mereka yg lalai atau blum tahu makna subhanallah. Maksud sy diatas tiada lain agr kita tdk suudzon dg sesama muslim hnya krna kt bnget, itu saja. Jika saya salah mohon dibetulkan agar tdk trsesat makasih.
ReplyDeletealhamdulillah ada tambahan yg luar biasa dari "pelajar biasa". jazakallah khayr, akh Mu :)
ReplyDeletejuga atas peringatannya agar berhati-hati dari suuzhon...
saya pribadi mencoba menggunakan kata "mungkin" dan "jika" pada tulisan di atas, untuk menghindari suuzhon thd saudara sendiri... tp sepertinya perlu lebih hati-hati lagi nih...
semoga Allah menjaga kita semua dari suuzhon.
Amien makasih doanya
ReplyDeleteAmien.. makasih doanya
ReplyDeletewah..kayaknya saya sering mnggabungkan dua kata ini nih...jazakallah khaira akh diingetin lagi ..
ReplyDeletesyukran,,,,
ReplyDeleteyg ini boleh dcopas lagi,kah?
heheehehe
jazakillah khayra..
ReplyDeleteboleh, tafadhdholi.... :)
ReplyDeleteho~ aye banget!! (sebagai "pelaku" mix languages ^^"). Harus lebih ngati-ngati lagi dalam berkata, terutama terkait hal ini. syukron, maturnuwun banget atas sharing-nya, sensei :-D!
ReplyDeletedou itashimaste.. :)
ReplyDelete