Sunday, 4 May 2008

"Jomblo", Sunnah, dan ........

Tulisan ini sama sekali tidak berhubungan dg tulisan sebelumnya. Dan saya tidak hendak membahas "puasa" dan "penyegeraan nikah", melainkan sunnah "jomblo" lain :)

Bagi yang sudah terlanjur punya paradigma sendiri tentang makna "jomblo", maka saya jelaskan dulu deh, bhw makna "jomblo" kali ini adalah "tidak memiliki pasangan alias partner alias temen..... di belakang shaf" . Atau dalam pembahasan ulama lebih sering disebut dengan "Shalat Sendirian di Belakang Shaf" (sori deh, bagi yg merasa kecele.. ^_^;)

Langsung aja...

Dari Abu Bakrah:

Bahwa pada suatu ketika ia sampai dalam mesjid, dan  Nabi shallallahu alaihi wasallam sedang rukuk sebelum ia sampai pada shaf. Ia terus saja takbir dan rukuk sambil terus maju mendapatkan shaf. Dan setelah selesai shalat, disampaikanlah hal itu kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam maka sabdanya: ’Mudah-mudahan Allah menambah kegiatanmu, tapi jangan diulangi”

(HR. Ahmad, al-Bukhari, Abu Dawud, dan an-Nasa’i)


Diriwayatkan dari Wabishah:

Bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melihat seseorang shalat di belakang shaf seorang diri, maka oleh beliau diperintahkan untuk mengulanginya sekali lagi”

(HR. al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)

 
Ahmad meriwayatkan pula:

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ditanya perihal seseorang yang shalat di belakang shaf seorang diri, maka sabda beliau: ’Ia harus mengulangi shalatnya’ ”

(Hadits ini dianggap hasan oleh at-Tirmidzi, dan isnad Ahmad ini baik)

 
Dari ’Ali bin Syaiba bhw:

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melihat seseorang shalat di belakang shaf. Beliau diam saja sampai orang itu selesai shalat. Setelah itu barulah beliau bersabda: ’Kembalilah shalat, sebab tidak sah shalat seorang diri itu di belakang shaf’ ”

(HR. Ahmad, Ibnu Majah,  dan al-Baihaqi, dan menurut Ahmad hadits ini hasan)

Nah, klo melihat hadits2 di atas, mungkin kita akan berpendapat bhw para jomblo dalam shalat berjamaah harus mengulangi shalatnya. Tapi ternyata tidak demikian dengan pendapat jumhur ulama, sebagaimana disebutkan Syaikh Sayyid Sabiq di dalam karya monumentalnya, Fikih Sunnah. Jumhur ulama berpegang pada hadits pertama (dari Abu Bakrah), sehingga berpendapat bhw shalatnya itu sah, hanya makruh. 3 hadits terakhir yg memerintahkan pengulangan shalat menurut mereka hanya masalah keutamaan, sehingga dalil-dalil yang ada dapat digabungkan semuanya.

Pendapat itu berlainan dengan pendapat Ahmad, Ishak, Hammad, Abu Laila, Waki’, Hasan bin Shaleh, Nakhai, dan Ibnul-Mundzir yang mengatakan: ”Barangsiapa shalat serakaat penuh di belakang shaf seorang diri, maka shalatnya batal. Ulama2 yg disebutkan terakhir ini lebih cenderung pada 3 hadits terakhir yg disebutkan.

Dalam referensi yg lain disebutkan bhw, Ibnu Taimiyyah menyatakan bhw sholatnya itu sah, bila memang barisan di depannya sudah penuh.

Lebih lanjut, Sayyid Sabiq menyebutkan apabila seseorang datang dan tidak menemukan celah di sela barisan, ada yang berpendapat bahwa ia harus berdiri sendirian di belakang dan makruh menarik orang lain untuk jadi temannya, sedang pendapat lain ialah agar ia menarik orang lain yang mengerti hukum untuk baris di belakang setelah takbiratul-ihram. Dan orang yg diajak ini disunnahkan untuk mengabulkannya.

Dalam hal yg terakhir ini, saya pribadi melihat pendapat Syaikh al-Utsaimin lebih layak dijadikan rujukan. Beliau berpendapat bhw ada beberapa cara menanggulangi masalah ini, namun yg paling baik hanya satu.

Cara kesatu, yaitu menarik seseorang ke belakang untuk shalat bersama. Cara ini dapat menimbulkan langkah tiga atau terputus dari shaf bahkan bisa memindahkan seseorang dari tempat yang utama (shaf yg lebih depan), ke tempat yg sebaliknya.

Cara kedua, maju ke depan untuk shalat di sebelah imam. Cara ini menimbulkan beberapa kekhawatiran. Jika saudara maju dan berdiri sejajar dengan imam maka cara ini menyalahi sunnah, sebab imam harus sendirian di tempatnya agar diikuti oleh yang dibelakang dan jangan sampai terjadi dua imam. Dalam hal ini tidak bisa diberi alasan dengan hadits yang menyatakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki mesjid dan dijumpainya Abu Bakar tengah shalat berjama’ah lalu beliau ikut shalat di sebelah kirinya dan menyempurnakan shalatnya, karena hal seperti itu dalam keadaan darurat, dimana Abu Bakar ketika itu tak punya tempat di shaf belakang. Akibat lainnya, bila maju ke sebelah imam, maka dikhawatirkan akan banyak melangkahi pundak orang, sesuai dengan banyaknya shaf. Cara ini jelas akan mengganggu orang shalat yang tidak menyenangkan. Di samping itu, jika setiap yang datang kemudian disuruh ke depan jajaran imam, maka tempat imam akan menjadi shaf penuh dan hal ini menyalahi sunnah.

Sedangkan cara ketiga, yaitu meninggalkan berjama’ah dan shalat sendirian, berarti kehilangan nilai berjama’ah dan nilai barisan shalat. Padahal diketahui bahwa shalat berjama’ah walau sendirian shafnya adalah lebih baik ketimbang sendirian tanpa berjama’ah. Hal ini telah dikuatkan oleh berbagai atsar (keterangan shahabat) dan pandangan yang sehat. Allah sendiri tak akan membebani seseorang kecuali menurut kesanggupannya.

Maka menurut beliau yg terbaik adalah cara keempat yaitu jika shaf shalat telah penuh lalu seseorang shalat di belakang shaf sendirian dengan berjama’ah adalah lebih baik dan shalatnya sah.


Wallahu a`lam
Wallahul-musta`an

32 comments:

  1. oke, TFS ya Brother.
    btw, masih tetep jombo?
    :)

    ReplyDelete
  2. YAW, sister..
    lho, memangnya saya pernah bilang bhw jomblo yah?
    klo gitu saya minta maaf deh.. ^_^;
    saya lebih dulu daripada Sukma lho.. :)

    ReplyDelete
  3. ちょっと”クチェレ”でした :))

    ReplyDelete
  4. それはすみませんでした。。^_^;

    ReplyDelete
  5. Pas banget mas.....
    malem minggu lalu ada pengajian dengan kenshuusei rutin....

    waktu dateng, jamaah maghrib sudah mulai, dan saf di depan sudah penuh.... sempet bigung sih.... tapi alhamdulillah langsung dapet jawabannya di sini....

    jazakallah..:)
    *walau awalnya sempet kecele juga^_^

    ReplyDelete
  6. jazakallah referensinya...InsyaAllah bermanfaat.

    *diusahakan jangan jadi 'jomblo' ya, tepat waktu lbh baik kan..* ;)

    ReplyDelete
  7. TFS...
    Kadang2 kita nepuk org didepan kita utk menemani di shaf belakang tp org yang ditepuk itu ga ngerti "kode" itu. Gimana dong??

    ReplyDelete
  8. waiyyaaki...

    *yup, bersegera agar tdk jomblo lebih baik, asal jangan buru2 krn justru menyalahi sunnah, spt di http://muqorrobin.multiply.com/journal/item/102 :)

    ReplyDelete
  9. YAW, bro..
    g usah ditepuk... seperti kata Syaikh al-Utsaimin di atas, lebih baik kita sholat sendiri di belakang shaf, g usah narik2 orang, dan itu cukup bagi kita.
    Lagian, mungkin orangnya bukan g ngerti "kode", tapi g mau ke belakang krn sholat di shaf yg lebih depan lebih utama daripada sholat di shaf yg lbh belakang... :)

    ReplyDelete
  10. wedew ... kirain ada tips buat jombloers ...

    ReplyDelete
  11. "info"nya sangat bermanfaat

    makasih banyak mas

    ReplyDelete
  12. *_* waaahh...ternyata ilmu saya cetek banget. kebetulan banget seminggu yang lalu, untuk pertama kalinya dalam hidup, saya mengalami hal itu ketika sholat berjamaah: jadi jomblo di belakang shaf. karena gak tau apa2 saya cuek aja. baru tau kalo ada hadits yang mengatur hal itu... tapi berarti tetep sah kan shalat saya :) :D

    ReplyDelete
  13. alhamdulillah.
    sama-sama, mas Irfan :)

    ReplyDelete
  14. ilmu kita sama2 cetek, mbak.. ^_^;

    so, let`s keep studying :)

    ReplyDelete
  15. just kidding.
    btw, sukma seneng yah, soalnya isterinya ully lagi hamil :)

    ReplyDelete
  16. ooh.. baru tahu klo ully lagi hamil...
    keduluan deh ^_^;

    ReplyDelete
  17. yah piye to
    masak yg lebih jauh yg tahu duluan
    hehe

    ReplyDelete
  18. kan kita dah jauh juga, mbak..
    dah di noesantara nih, sejak maret lalu :)

    ReplyDelete
  19. oalah, dah selese to kuliahnya

    ReplyDelete
  20. kenalin isteri sampeyan doung

    ReplyDelete
  21. arigato gozaimashita.mata onegaishimashu

    ReplyDelete
  22. dou itashimaste, abidin-san... kochira koso :)

    ReplyDelete
  23. lha klo sy cm dpt rokaat trakhir smtra sy hrus tmbah 1 rokaat lg dan trnyta msh da yg datang tepuk pundak sy utk agar sy jd imam(krn dia jg masbuk)itu gmn om?apa sy jg trmasuk ijo lumut(insan jomblo lugu dan imut)...?

    ReplyDelete
  24. ijo lumut? hehehehe.....
    mas swarna bisa menolak dg isyarat yg kira2 dimengerti, bisa pula memenuhi permintaannya tuk jadi imam. jadi tinggal pilih saja.
    begitulah kesmpulan yg bisa saya ambil setelah membaca bagian akhir dari pembahasan ttg hal ini dari Fikih Sunnah, Sayyid Sabiq. wallahu a`lam

    ReplyDelete
  25. mmmmmm....trimakasih banyak mas...

    ReplyDelete