Konon, salah seorang Syaikh yang menulis buku tentang pentingnya tauhid, selalu menjelaskan isi bukunya itu kepada murid-muridnya. Setiap harinya, ia mengulang-ngulang permasalahan yang sama.
Suatu hari seorang muridnya berkata, "Syaikh! Kami ingin engkau ganti pelajaran kita dengan yang lain. Misalnya, kisah-kisah kaum terdahulu, pelajaran hidup Nabi, atau sejarah manusia."
Syaikh itu menjawab, "Kita akan mempelajarinya nanti, insya Allah."
Keesokan harinya, ia masuk ke ruangan kelas dengan wajah sedih. Para murid pun bertanya penyebab kesedihannya itu.
Ia menjawab, "Aku mendengar cerita tentang seorang lelaki yang mendiami rumah barunya di kampung sebelah. Karena khawatir diganggung jin, ia pun menyembelih seekor ayam di depan pintu rumahnya, untuk dipersembahkan kepada jin. Dan aku telah mengutus seseorang untuk menelusuri kebenaran cerita ini."
Cerita ini ternyata tidak meninggalkan bekas berarti pada diri murid-muridnya. Mereka hanya berdoa agar orang itu diberi hidayah. Lalu mereka diam kembali.
Keesokan harinya, Syaikh menemui mereka lagi dan berkata, "Kita akan membahas lagi cerita kemarin. Ternyata, kejadiannya berbeda dari apa yang diceritakan kepadaku. Laki-laki itu tidak menyembelih ayam untuk dipersembahkan kepada jin, tapi ia telah berzina dengan ibunya."
Murid-murid pun emosi. Mereka marah dan mencaci maki orang itu. Mereka mengatakan bahwa perbuatan itu tidak dapat diterima. Pelakunya harus diberi peringatan dan dihukum.
Syaikh itu berkata, "Sikap kalian ini sungguh aneh. Kalian menolak mentah-mentah orang yang berbuat dosa besar, padahal dia tidak keluar dari Islam. Namun kalian tidak menolak orang yang terjebak dalam kemusyrikan, menyembelih untuk selain Allah dan menjadikan ibadah kepada selain Dia."
Para murid pun terdiam.
Syaikh itu berkata kepada salah seorang muridnya, "Berdirilah! Ambil buku tauhid itu! Kita akan lebih memperdalam kajian tauhid dari awal."
(al-'Areifi 2006, Naiklah Bersama Kami)
jadi...saya kok nangkepnya marah-marah ya? orang islam kudu marah-marah
ReplyDeletemarah-marah di bagian mana nih?
ReplyDeleteklo saya nangkepnya malah perenungan.. :)
kalo yg blajar tauhid saja seperti itu. gmn dg kita yg blajarnya pancasila...
ReplyDeletejadi pengen baca bukunya
ReplyDeletejkfs om
hmmmm... :(
ReplyDeletesila pertama kan tentang tauhid...
ReplyDeletebukan ngebela pancasila lho, cuma perbandinganny kurang pas ja.. ;)
waiyyak.
ReplyDeletemasih beredar g yah bukunya...
hmm?
ReplyDeletean cari onlen sih ada kak
ReplyDeletetapi ga tau deh kalu di toko buku
siip, selamat berbelanja online :)
ReplyDelete