Wednesday 20 February 2008

Apakah Bid`ahnya Sajadah/Karpet di Dalam Mesjid Sudah Mutlak?

Corat-coret ini berawal dari tanda tanya saya yang berhubungan dg postingan Mas Syamsul di http://thetrueideas.multiply.com/journal/item/1074/Bawa_Sajadah_Saja_Kok_Bidah?
Saya menangkap di situ bhw sajadah/karpet dalam mesjid adalah bid`ah menurut Imam Malik dan Ibnu Taimiyah. Lalu dari membaca comments saya menangkap lantai marmer/ubin tidak dipermasalahkan. Lantas saya jadi penasaran, kenapa lantai/ubin diperbolehkan sedangkan kain/karpet tidak diperbolehkan. Nantinya perlu dipermasalahkan lagi ketebalan berapa yg membolehkan sesuatu itu menjadi pelapis tanah mesjid, dsb... Jadi bingung sendiri sayanya ^_^;

Karena penasaran dg bolehnya alas marmer dan yg sejenisnya, saya pun menggali-gali lagi dari berbagai sumber. Eh..bukan nemu alasan ttg marmernya, saya malah menemukan pendapat para ulama yg membolehkan sajadah tanpa memberikan keterangan mesjid atau selainnya.

"Dibolehkan shalat dengan memakai alas, baik berupa tikar, sajadah, kain, atau yang lainnaya selama alas tersebut tidak akan mengganggu orang yang shalat. Misalnya sajadahnya bergambar dan berwarna-warni, yang tentunya dapat menarik perhatian orang yang shalat. Di saat shalat, mungkin ia akan menoleh ke gambar-gambarnya lalu mengamatinya, terus memperhatikannya hingga ia lupa dari shalatnya, apa yang sedang dibacanya dan berapa rakaat ang telah dikerjakannya. Oleh karena itu tidak sepantasnya memakai sajadah yang padanya ada gambar masjid, karena bia jadi akan mengganggu orang yang shalat dan membuatnya menoleh ke gambar tersebut sehingga bisa mencacati shalatnya". (Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Fadhilatusy Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, 12/ 362)

Al-Imam An-Nawawi menyatakan ,”Orang-orang dalam mazhab kami berkata, ‘Tidak dibenci shalat di atas wol, bulu, hamparan, permadani, dan benda-benda seluruhnya. Inilah pendapat dalam mazhab kami’.” (Al-Majmu’, 3/169)

Masih ada pendapat lain selain di atas, namun cukuplah kali ini diwakilkan oleh 2 ulama besar di jamannya masing2 tersebut.

Melihat tidak adanya pengecualian dalam pendapat kedua ulama tersebut, maka saya beranggapan bahwa sholat yg dimaksud adalah sholat di masjid maupun selainnya. Karena jika Syaikh al-Utsaimin dan Imam an-Nawawi termasuk yang membid`ahkan sajadah di dalam mesjid, selayaknya mereka memakai pengecualian dalam ucapan mereka tersebut, mengingat masalah bid`ah adalah masalah yang berkaitan dengan kesesatan.

Namun karena masih belum puas juga, akhirnya saya melanjutkan pencarian saya hingga akhirnya saya menemukan hadits shahih berikut..

Dari 'Aisyah, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku, "Ambilkanlah untukku al-khumrah (sejenis sajadah) di masjid." Jawabku, "Sesungguhnya aku sedang haidh." Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya haidhmu itu tidak berada di tanganmu." [Riwayat Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah dan Ahmad dan Iain-lain.]

Dari hadits ini dapat diketahui bahwa Rasulullah memiliki khumrah(sajadah) di masjidnya.

Sepertinya masalah bid`ahnya sajadah di masjid masuk masalah khilafiyah di kalangan ulama. Seperti masalah bersedekap ketika i`tidal --kata Mas Syamsul ^_^; --

Wallahu a`lam
Wallahul-musta`aan

31 comments:

  1. yang penting tempatnya bersih......
    baik itu lantai, maremer ataupun sajadah...

    ReplyDelete
  2. bersih dan tidak penuh gambar sehingga menganggu sholat.. :)

    ReplyDelete
  3. tapi kebanyakan kalo shalat berjamaah beralaskan sajadah, shafnya jadi renggang, karena jamaah menyesuaikan lebar kakinya dengan lebar sajadahnya. mungkin itu yang sebaiknya lebih kita perhatikan.

    ReplyDelete
  4. saya pake kulit domba sebagai sajadah, untuk kaki enaaaak dan syiiiik anget sech, di tempat sujud kadang lantai biasa, atau sajadah yang diletakkan si istri.


    yang tak seronoh adalah penuh gambar2, walaupun sesungguhnya -- saya pribadi -- saya tak perhatikan itu gambar2, rasanya baru terpikir sekarang kalau disitu ada gambar2 segala macam.

    soal bersedekap kembali setelah i'tidal:
    1. kita diwajibkan dalam shalat itu untuk bersedekap.
    dimana letakkan tangan kita:
    2. dimana saat sujud? -- di lantai
    3 dimana saat ruku? -- di lutut
    4. dimana saat duduk, diantaara dua sujud, ataupun tasyahud? -- di paha
    5. waktu beridir? -- ya bersedekap-lach.

    soale:
    kebanyakan orang2 terlalu cepat dari i'tidal ke sujud, tak ada tu'maninah saat berdiri kembali dari ruku itu, ya gimana sempat bersedekap khan?

    saya ambil waktu, bernafas dengan enak -- ya thumaninah lach, tak terburu2.
    sami' Allahu li-man hamidah -->(bernafas dengan enak) rabbana laKa-lhamd, hamdan katsiran, thayyiban, mubarakan fieh.
    bernafas dengan enak ---> Allaaaaaahu akbar --> sujud.


    tapi ada juga yang emang tak pernah sama sekali bersedekap orang2 dari madzhab maliki, kebanyaka dari negri2 afrika kaya lageria, marocco. tunis.
    dan...... orang2 syiah.
    selama mereka beridir itu tergantung selamanya tanmgan mereka di sampin badannya.

    ReplyDelete

  5. se7!
    rapatkan shaf!
    bukan hanya meluruskan azza.

    ReplyDelete
  6. hemmmm..........

    *nungguin hasilnya robin ma mas syamsul ahh.......
    :D

    ReplyDelete
  7. he-eh. ini yg bahaya. sajadah jadi penghalang rapatnya shaf.

    ReplyDelete
  8. Kira-kira di Masjid-masjid di Arab Saudi, termasuk Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, sendiri ada sajadahnya apa enggak ya? *soalnya belum pernah ke sana*

    ReplyDelete
  9. yg ditunggu ttg hukum alas marmer/ubin yah..?
    krn udah dapet pendapat yg membolehkan sajadah/karpet di dalam mesjid, semangat nyarinya dah mulai berkurang nih ^_^;

    ReplyDelete
  10. Ada mas Nahar. Tapi klo di Masjidil Haram di bagian sputar ka`bah yg tanpa atap itu g ada sajadahnya (takut keujanan kali ya?!)
    bisa dilihat di http://www.islam-fr.com

    ReplyDelete
  11. Saya malah merasa terdengar bi'dah yg berlebihan,

    Syarat sah solat itu terdiri daripada 5 perkara iaitu:

    * Yakin telah masuk waktu
    * Menutup aurat
    * Mengadap kiblat
    * Suci daripada najis pada badan, pakaian dan tempat solat
    * Suci daripada hadas kecil dan hadas besar

    Adakah dalam syarat tersebut tidak dizinkan mengenakan sajadah?

    Misalnya sajadahnya bergambar dan berwarna-warni, yang tentunya dapat menarik perhatian orang yang shalat.

    Wah, masa ada sajadah bergambar / berdesign polkadot? Itu buat solat atau buat pamer beli dari mall? Bukankah ukiran islami di permukaan sjadah lebih memperkhidmat shalat?

    Bagaimana klo sholat ied dilapangan? apalagi aku didesa... masa beralaskan koran aja? Ya tembus dong?

    Klo masalah safyg longgar, berarti sudah tahu kan berbuat apa? malah dengan sajadah kita diajarkan saling berbagi,klo makmum sebelah ga bawa sajadah,jadimempererat silaturahimkan???

    ReplyDelete
  12. tentu saja larangan berbuat bid`ah tdk masuk dalam syarat2 ibadah secara khusus yg disusun para ulama (terlepas dari bid`ahnya sajadah atau tidak), krn bid`ah adalah suatu inovasi, dan inovasi itu bisa tdk terbatas, nanti syarat sahnya suatu ibadah bisa tidak terbatas juga.. :)

    masalah ukiran islami yg memperkhidmat sholat itu menurut saya masing2 orang beda, mas. saya pribadi lebih khusyuk sholat di tmpt yg lantainya polos.

    ttg sholat di lapangan, saya hanya ingin menekankan kembali bahwa Imam Malik dan Ibnu Taimiyah hanya membid`ahkan sajadah di mesjid, bukan di lapangan, rumah, atau yg lainnya. (saya pribadi ikut pendapat yg tdk membid`ahkan walaupun di mesjid)

    ttg shaf, alhamdulillah klo sajadah tdk menjadi penghalang rapatnya shaf.. namun yg sering saya lihat justru sebaliknya, terutama ketika hampir semua jamaah membawa sajadah dan sajadahnya besar2 :(

    ReplyDelete
  13. bersedekap jadi panjang lagi nih klo dibicarain.. :)
    intinya ada perbedaan di kalangan ulama ahlus sunnah wal jamaah

    ReplyDelete
  14. yaaa!

    albani mem-bid'ah-kan

    bin baaz membawakan daliel2-nya yang mengharuskan.

    utsaimin membawakan dalil dan logika faham dalam jawabnnya untuk mewajibkan bersedekap.

    ReplyDelete
  15. jazakallah khayr tambahannya, mas elan :)

    ReplyDelete

  16. wa iyyak khairan jaza!
    bukankah kewajiban tuk ber-tawashau bi-l-haq
    dan ber-tawashau bi-sh-shabr?

    ReplyDelete
  17. yaa. kadang saya bersedekap dan kadang tidak

    ReplyDelete
  18. ketinggalan brur.. bagaimana yang shalat menggunakan khuf dan seperti apakah medan masjid ketika itu ?

    ReplyDelete
  19. setahu ana medan masjid ketika itu adalah tanah. dan ana memahami shalat dg khuf termasuk sunnah yang dikerjakan Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam dan diperbolehkan melepaskannya. wallahu a`lam

    ReplyDelete
  20. Sejujurnya, aku dari dulu pengen nulis tentang "Sajadah pengrusak jama'ah"..... eh dah keluar di sini ternyata....:)

    yang paling jelas, kalo lagi sholat Id berjamaah di Indonesia... karena sholat Ied di INA biasanya semua serba baru, dan bagus2.... termasuk sajadah.... sehingga, orang2 takut kehilangan sajadahnya, yang akhirnya tidak ingin meninggalkan sajadahnya...

    orang akan maju syaratnya ada 2,
    1. Ada celah untuk orang
    2. Ada celah untuk meletakkan sajadahnya yang bagus:D

    ReplyDelete
  21. iya nih Bran... padahal dalam haditsnya disebutkan janganlah renggang dalam shaf yg akan membuat hati menjadi renggang juga. mungkin ini salah satu penyebab kaum muslimin masih sulit bersatu sampai sekarang :(
    semoga Allah menyatukan kaum muslimin dan menyatukan shaf mereka.

    ReplyDelete
  22. Assalammualaikum..Oleh karena itu tidak sepantasnya memakai sajadah yang padanya ada gambar masjid, karena bia jadi akan mengganggu orang yang shalat dan membuatnya menoleh ke gambar tersebut sehingga bisa mencacati shalatnya". (Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Fadhilatusy Syaikh Ibnu ‘Utsaimin, 12/ 362)
    jadi gimana apa kesimpulannya bang?

    ReplyDelete
  23. yang terbaik memang sajadah yg polos, farhan..
    tp hukum gambar mesjid di sajadah pun tidak sampai haram, hanya saja mengurangi kepantasan, seperti kata Syaikh al-Utsaimin di atas.
    wallahu a`lam

    ReplyDelete
  24. ooh..Terima kasih..sudah blajar suatu yg baru hari ini..

    ReplyDelete