Tidak..... sy tidak sedang akan menjelaskan dalil2 larangan buka puasa di resto :).... krn emang kykny g ada dalil2 ttg itu, setidaknya menurut saya yg ilmunya cetek ini ^^;
Tidak ada yg salah dengan buka puasa di resto.. apalagi klo restonya menyediakan kurma, lebih mantap tuh, krn lebih dekat pada sunnah.
Yang menjadi masalah, terkadang orang2 yg buka puasa di resto kebablasan tuk tidak ikut jamaah sholat isya di mesjid...
Ini masalah. Di bulan yg penuh berkah, bulan ketika pahala dilipatgandakan, ketika setan2 diikat, tnyt kita masih mudah mengorbankan sholat berjamaah di mesjid dg harga yg sgt murah...
Masalah ini terkadang tidak hanya menimpa mereka yg berbuka di resto, tp juga yg berbuka di rumah, bila diadakan acara semacam buka bersama. Jika acara2 smacam ini tdk dikoordinir dg baik, biasanya berakibat tdk hadirnya mereka di jamaah sholat isya di mesjid2.
Sebagian beralasan, bhw mereka tetap bisa sholat isya berjamaah walaupun tdk di mesjid. Sepulang dari restoran, berjamaah di rumah bersama keluarga, atau di tempat buka bersama, berjamaah bersama peserta buka.
Jika demikian kondisi kita, hendaklah kita mengingat sabda makhluk paling mulia,
"Sesungguhnya shalat yang paling berat buat orang munafik adalah shalat Isya dan Shubuh. Seandainya mereka tahu apa yang akan mereka dapat dari kedua shalat itu, pastilah mereka akan mendatanginya meski dengan merangkak. Sungguh aku punya keinginan untuk memerintahkan shalat dan didirikan, lalu aku memerintahkan satu orang untuk jadi imam. Kemudian pergi bersamaku dengan beberapa orang membawa seikat kayu bakar menuju ke suatu kaum yang tidak ikut menghadiri shalat dan aku bakar rumah-rumah mereka dengan api." (HR Bukhari, Muslim, shahih).
Hendaklah pula kita mengingat kisah seorang buta yg bertanya kepada rasulullah shallallahu alaihi wasallam.. "Ya Rasulullah, saya tidak punya orang yg dapat menuntunku ke mesjid." Dia meminta agar nabi shallallahu alaihi wasallam membolehkannya sholat di rumah, dan nabi membolehkannya. Lalu, ketika sang buta membalikkan badannya, Nabi memanggilnya dan bertanya, "Apakah kau mendengar suara adzan?" Sang buta menjawab,"Ya." Lalu Nabi berkata, "kalau begitu jawablah panggilan itu (dengan mendatangi mesjid) [HR. Muslim, shahih]
...
Terkadang sebagian dari kita merasa nyaman mendengarkan suara adzan isya dari balik jendela2 restoran sambil menikmati santapan kita yg tdk habis2 dari sejak lepas magrib. Atau di atas bentangan2 karpet di rumah kita, sambil menikmati makanan penutup buka bersama yg dibumbui tawa dan canda, tanpa rasa peduli terhadap panggilan tuk menghadap Sang Pemberi Makan.
Yang paling parah adalah, ketika kita menyengaja mencari tempat berbuka yg jauh dari mesjid, hingga suara adzan pun tak terdengar, hingga kita merasa punya alasan tambahan tuk tidak menghadiri jamaah isya di rumahNya. Jangankan isya, magrib pun alakadarnya. Astaghfirullah....
Saya tidak mengatakan bhw tidak ada uzur yg dpt membolehkan kita tidak menghadiri panggilan berjamaah. Tapi apakah uzur kita? Apakah kita buta? Bahkan bila kita buta, kebanyakan kita punya banyak kerabat dan sahabat yg siap tuk mengantar dg nyaman menjawab panggilan adzan...
Sebenarnya renungan ini, pentingnya para lelaki menghadiri jamaah sholat di mesjid (bukan hanya isya), tidak hanya menjadi renungan di bulan suci ini. Tapi hal ini menjadi perlu kembali kita camkan dalam diri kita di bulan penuh berkah ini. Terlebih lagi di 10 hari yg terakhir. Di saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, makhluk yg telah dijamin surga, bahkan menjauhi istri2nya, bagian dari kerabatnya yg paling pantas untuk dipedulikan. Sementara kita masih senang mempedulikan perut kita.....
.......
...............
Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka setiap siang dan malam dalam bulan Ramadhan,... ."
Demikian janji Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam salah satu hadits shahihnya (HR al-Bazzar, Ahmad, Ibnu Majah)
Yakinkah kita bahwa kita termasuk orang-orang yang telah dibebaskan dari neraka di siang dan malam ramadhan sebelum ini? Jika tidak, mengapa kita tidak bersegera padanya...
Tidak sedikit di antara kita yg mengaku gembira menyambut kedatangan ramadhan, tp mungkin tidak sedikit pula di antaranya yg sebenarnya hanya gembira menyambut menu2 khas berbuka di bulan puasa, tanpa bnyk peduli thd janji-janjiNya yg lebih berharga.
Sekali lagi, renungan ini bukanlah ajakan tuk tidak berbukan di resto, atau menghadiri buka bersama, dll. Tapi ini hanyalah sebuah renungan, agar kita semakin menggunakan otak kita, salah satu anugrah terbaikNya, dalam merancang acara2 semacam itu, di saat jam, menit, detik, begitu dapat mempengaruhi tempat kita di akhirat.
“Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan tapi tidak diampuni dosanya maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia, katakan “Amin”, maka akupun mengucapkan Amin….”[HR. Ibnu Khuzaimah, shahi]
Demikianlah Jibril telah berdoa, dan Nabi shallallahu alaihi wasallam telah mengaminkan...
Wallahul-musta'an
Dan Allah-lah Yang Maha Penolong
apalagi kalo setelah berbuka ditutup dengan karaokean:(
ReplyDeleteAllahu yubarrik fiik..
ReplyDeleteJazakallah atas tadzkirahnya. Mengena dan bermanfaat, InsyaAllah.
udah gitu resto tempat berbukanya ngga jelas kehalalan makanannya pula...
ReplyDeleteparah... :(
ReplyDeletesemoga Allah memberi kita petunjuk..
wa fiiki barokallaah. waiyyaaki..
ReplyDeletemasalahnya udah beda lagi tuh... jadi makin berlipat-lipat...
ReplyDeleteiya, soalnya banyak di antara saudara2 kita yang seiman dan sekeyakinan tidak mempedulikan kehalalan suatu makanan yang disajikan di sebuah resto. siangnya puasa, malamnya berbuka dengan makanan dan minuman yang belum tentu halal.
ReplyDeletejadi memang masalahnya memang makin berlipat2 a.k.a komplex.
semoga Allah menjaga kita dan kaum muslimin dari yg haram dan syubhat.
ReplyDeleteterima kasih dah diingetin lagi dengan postingan ini
ReplyDeletesama2, mas syamsul.. ini jg bwt pribadi....
ReplyDeletewaktu adzan maghrib telah tiba.. saatnya anda berbuka puasa... gituhkah judulnya..
ReplyDeletethx yah bang, sebenarnya ini juga yang jadi alasan knp atin selalu nolak yang namanya ajakan buka bersama, soalnya seringkali meninggalkan sholat jama'ah isya dan tarawih.Tapi kadang yang ngajak itu selalu beralasan demi silahturahim. Jadi saat atin nolak, mereka pikir klo atin gak mau menyambung tali silahturahim itu..:-(
ReplyDeletehatur nuhun mas diingatkan... ^__^
ReplyDeleteJazaakaLLOHU khoiyr littadzkiroh... :)
ReplyDeleteKayaknya bagus neh buat diposting ke "petinggi2" yg suka pd meeting ba'da ifthor & Maghrib tanpa putus sampe midnite... ;)
memang saatnya berbuka puasa.... tp tuk segera dilanjutkan dg sholat berjamaah magrib tentunya.. :)
ReplyDeletesbenarnya klo bwt wanita penjelasannya bisa agak panjang lagi, krn ada dalil2 fiqhnya sdkt berbeda.. :)
ReplyDeleteRasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda
Jangan kamu melarang wanita-wanitamu (shalat) di masjid, namun rumah mereka sebenarnya lebih baik untuk mereka.
(HR. Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim, hadits shahih)
Nah, wanita punya keutamaan sholat di rumah, dan sholat isya pun ada keutamaan tuk diundurkan sampai menjelang tengah malam (hadits shahih bukhari). Jadi, dlm kasus Atin sbnrnya bisa saja Atin ttp hadir silaturahimnya, sepulang itu sholat di rumah sblm tengah malam (tengah malam islam adalah waktu antara magrib dan shubuh dibagi 2). Tarawihnya klo bisa menjelang sahur, itu yg paling baik.
Tapi, Syaikh al-Qardhawi memberikan pendapat tambahan dlm hal ini. beliau berkata yg kurang lebih maknanya: bila sholat wanita di rumahnya hanya membuatnya sholat terburu-buru dan kurang khusyu', sebaiknya para muslimah sholat di mesjid2, bersama para imam yg bacaannya baik, sehingga bisa menambah kekhusyuan dan menyempurnakan sholat mereka.
Klo Atin ingin ikut pendapat Syaikh al-Qardhawi di atas, bs jg tetap ikut silaturahim, tp menjelang isya izin duluan.. sekalian bs jadi dakwah bwt yg lain...
Selain itu, jangan lupa, acara silaturahimny sbaiknya tetap terkontrol, jangan sampe dah ga jelas agendanya... soalnya kan tetap MALAM RAMADHAN SEBAIKNYA BANYAK DIISI IBADAH, bukan canda tawa yg BERLEBIHAN... :)
wallahu a'lam
sama2.. :)
ReplyDeletewaiyyaaki liccomment :)
ReplyDeletesilahkan deh, yg punya koneksi ke "petinggi2" :)
Wah terimakasih nih akh diingatkan lagi jadi bisa ngingetin suami juga ;)
ReplyDeletesekalian titip salam buat Abu Fathin.. :)
ReplyDelete