Berita lama, tapi tetap harus diwaspadai...
Makanya, hayuh pelajari islam yang bener... :)
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ada mahasiswa IAIN Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung mengajak zikir “Anjing hu akbar”. Tim Investigasi Aliran Sesat (TIAS) menemukan fakta lembaga ini telah disusupi benih anti Islam dan komunisme. Keracunan filsafat?
Ketua Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) yang bermarkas di Bandung, KH Athian Ali M Da’i, MA dibuat kaget ketika bertemu 119 mahasiswa IAIN Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung belum lama ini. Pasalnya, para mahasiswa itu menyampaikan surat pengaduan kepada FUUI mengenai keresahan yang mereka alami selama ini. Mereka melaporkan telah terjadi penghinaan terhadap Dzat Allah dalam bentuk ajakan dzikir “Anjing hu Akbar”. Selain itu, acara Kuliah Ta’aruf di kampus mereka tak lagi bernuansa akademis tapi malah menjadi ajang hujatan kepada Tuhan. Tak berhenti sampai di situ, sejumlah mahasiswa juga mengajak adik-adik yang baru duduk di bangku kuliah ke arah pemikiran sesat dan bertentangan dengan akidah dan kaidah Islam.
Hal ini semakin dipertegas dari hasil investigasi Tim Investigasi Aliran Sesat (TIAS) FUUI. Hedi Muhamad dari TIAS-FUUI, mengungkap beberapa kasus yang terjadi satu tahun lalu. Satu kasus di antaranya terekam, seorang mahasiswa mengatakan, “Allah kita telah mati.” Saat itu memang tak ada tindakan, tapi muncul inisiatif membentuk tim khusus yang beranggotakan 4 orang mahasiswa IAIN SGD sendiri. Puncaknya terjadi 27 Agustus 2004, di hadapan ratusan mahasiswa baru, Farid Yusuf, Presiden Mahasiswa HMJ Aqidah Filsafat mengajak seluruh mahasiswa untuk berdzikir “Anjing hu Akbar”. Kejadian ini direkam dalam bentuk VCD sebagai bukti.
“Yang bersangkutan bisa dikenakan delik pasal 156a dan pasal 156b,” kata HM Rizal Fadillah, SH, Ketua Badan Advokasi FUUI kepada SABILI. Masih menurutnya, yang diadukan adalah mahasiswa IAIN bukan institusinya, namun tidak menutup kemungkinan dapat dikembangkan bagi pelaku penghujat lain sesuai dengan bukti-bukti yang ada.
Pihak IAIN SGD, saat dikonfirmasi soal pengaduan itu diwakili Dekan Fakultas Ushuluddin, Dr Abdul Rozak, M.Ag. Ia mengatakan, kalau secara personal, kasus ini akan diserahkan kepada pihak berwajib. Dia yakin, polisi pun tentu tak kan gegabah begitu saja. “Setidaknya mereka akan melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan MUI atau Depag,” katanya.
Abdul Rozak menambahkan, di lembaga ilmiah seperti IAIN sangatlah wajar kalau terjadi diskusi-diskusi yang “menggugat” bentuk-bentuk yang sudah mapan untuk menemukan bentuk yang baru. IAIN adalah lembaga resmi negara. Oleh sebab itu diberi wewenang untuk mengembangkan pemikiran Islam agar masyarakat Indonesia menjadi masyarakat plural dan inklusif. Ketika dikembangkan, butuh sarana-sarana seperti ilmu-ilmu yang berkaitan dengan hal tersebut. Persoalannya, sejumlah kalangan mempertanyakan, apakah yang namanya lembaga ilmiah dalam rangka menemukan bentuk baru tersebut, harus menggugat dan menghujat Allah?
Soal ungkapan yang dilontarkan mahasiswanya, Abdul Rozak mengatakan “anjing hu akbar” itu merupakan sebuah shock terapi, karena ada masyarakat Muslim kelakuannya justru tidak mengacu kepada Allahu Akbar. Hari-harinya dilalui dengan shalat, zakat atau haji namun mentalnya bertentangan dengan hukum Allah dan sifatnya justru seperti binatang. “Mungkin di sinilah yang harus diinterpretasikan secara luas dan mendalam,” ujarnya kepada SABILI.
Sebaliknya Kepala Kantor Wilayah Agama Jawa Barat, Drs Iik Makib Lc, sangat menyayangkan jika benar ada sekelompok mahasiswa yang berpandangan demikian. “Bagaimanapun juga lembaga seperti IAIN yang sarat dengan dunia pendidikan Islam tentu menyeleksi calon mahasiswanya secara ketat,” tegas Iik.
Ketua FUUI, KH Athian Ali Da’i menegaskan, FUUI selaku institusi keislaman merasa peduli terhadap IAIN yang merupakan aset umat. Athian berharap, IAIN Bandung, bisa membersihkan anasir-anasir yang dapat mencoreng citranya. Selain itu, penting pula upaya penyelamatan akidah umat, terutama di kalangan mahasiswa IAIN SGD dari pengaruh yang dihembuskan sekelompok orang yang mengusung atheisme atau aktivitas yang mendangkalkan akidah. “Tidak ada tendensi lain,” ungkapnya penuh perhatian.
FUUI sendiri telah mengeluarkan maklumat bahwa tindakan penghinaan atau penodaan terhadap Islam, menurut hukum Islam, dapat dikenakan hukuman mati bagi pelakunya. Athian meminta kepada pihak IAIN SGD agar mensterilkan kampusnya dari berbagai paham yang dapat menyesatkan. Pihaknya mengimbau kepada orang tua agar berhati-hati memasukkan anaknya atau yang terlanjur sudah di sana sebelum kampus bersih dari paham-paham yang dimaksud.
Tapi lain Athian, lain IAIN. Menurut Abdul Rozak, di IAIN SGD tak ada paham atheis atau yang lainnya. Yang ada hanyalah pengembangan pemikiran dalam kontruksi ilmiah. “Selama dalam koridor yang benar, mengapa mesti dipermasalahkan,” kata Rozak.
“Anjing hu Akbar”, tentu saja kalimat ini menyakitkan umat Islam. Hal ini merupakan persoalan umat yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Perlu kiranya dari semua pihak untuk bersama menyelesaikannya. Tak pantas bagi lembaga pendidikan seperti IAIN, penghuninya mengucapkan kalimat itu. Bukankah IAIN lembaga ilmiah?
Deffy Ruspiyandy (Sabili/Bandung)
sumber:swaramuslim
メールありがとう。次も送ってね。。。
ReplyDeleteSemoga segera terlaksana hukuman matinya
ReplyDeletebelum ada pemerintahan islam nih... g bisa diterapkan..
ReplyDeletemgkn penjara bisa..
ano... donna meeru desuka ne..? ^^:
ReplyDeleteberitanya juga sama-sama provokatif dan menyesatkan!!!
ReplyDeletewaduh klo ms iain gt gimn jadinya ya,,,,,,,,repot ya pak,,,,,,,,
ReplyDeleteboleh dijelaskan di mana bagian provokatif dan menyesatkannya?
ReplyDeletemaaf, saya sama sekali tdk paham maksud mas muhammad.
intinya kita harus hati-hati dalam mempelajari islam, pak abidin..
ReplyDeletesemoga Allah menjaga kita.
menyatakan bahwa ada susupan anti islam dan komunisme adalah sesuatu yang provokatif. Apa benar itu komunis, buktinya mana? jangan-jangan itu hanya seperti pikiran awam kita bahwa komunisme adalah sesuatu yang tidak mengajarkan agama.
ReplyDeletedan perkataan "keracunan filsafat" itulah yang saya anggap sangat menyesatkan. Atas dasar apa menganggap filsafat sebagai racun? filsafat dalam artian sebagai apa? kalau tidak paham filsafat ga usah lah ngomong gitu. malu-maluin.
nah, klo memakai logika yang sama dg mas muhammad, maka atas dasar apa mas muhammad menganggap penulis beritanya tidak paham filsafat?
ReplyDeleteklo belum pernah wawancara dengan penulis beritanya, rasanya tidak perlu ngomong seperti itu. kecuali ada bukti.
lagian menurut saya, kata "keracunan filsafat" tidak slalu berarti menjelek2kan filsafat. jika ada "keracunan baygon", apa berarti baygon itu jelek? tidak, baygon hanya jelek jika tidak digunakan dengan semestinya. itulah yg saya tangkap dari tulisan di atas.
wah...smakin dalam mereka belajar kok jadi gitu ya....mereka sudah merasa bisa kali ya,,,ato "agak membelok dalam muhasabah diri"...ato....any else....?smg segera insyaf....
ReplyDeletebisa macem2 emang analisisnya...
ReplyDeletesemoga Allah menunjuki mereka.
atas dasar logika kalimat yang digunakan. kalau saja ia paham filsafat, dapat dipastikan tidak akan gegabah ketika menulis yang ada kaitannya dengan [minimal] kata filsafat.
ReplyDeleteKata 'keracunan' memang netral. ia tidak akan memiliki konotasi negatif atau positif. namun ketika kata itu digandengkan dengan kata lain, baru akan muncul konotasi. kalau saya katakan misalnya bahwa mas muqorrobin 'keracunan wahabi' konotasi apa kira-kira yang bakal muncul?
sebenarnya saya merasa tidak perlu memperpanjang debat ini... ^^;
ReplyDeleteklo kita pakai logika kita masing2 atas setiap tulisan orang yg masih multitafsir, debatnya g akan selesai..
yang pasti, penulis di atas tidak secara tegas menulis bahwa filsafat itu jelek.
begitu juga dengan pemisalan tuduhan saya keracunan wahabi, masing2 bisa punya logika sendiri menafsirkan kata2 itu.